Rabu, 16 Oktober 2024

Kalau Saja Kita tak Mengingat Allah



Kalau saja kita tak ingat bahwa, ada Allah di atas segalanya, maka mungkin saja kita akan hancur oleh kekhawatiran dan kerancuan pikiran kita sendiri.

Kalau saja kita tak ingat 'petunjuk' hakiki dariNya, maka mungkin saja kita buta dan lupa arah dalam menentukan langkah.

Kalau saja kita tak ingat 'kisah teladan' yang telah Allah suguhkan dalam kitabNya, maka mungkin saja kita akan cepat menyerah dalam melihat realita-realita yang menyesakkan dada.

Makanan orang beriman di akhir zaman adalah "dzikir", ingat ada Allah. Langkah awal untuk mengingat adalah dengan mengenal.

Kebayang engga? Dengan kondisi negeri yang begini (semrawut), zaman yang semakin tua ini, kemungkaran dan kebodohan yang merajalela, ini adalah 'keadaan' dari Allah, dan ketika kita menjadi bagian dari rakyatnya, jadi bagian di dalamnya, maka, respon kita terhadap keadaan ini, nanti akan dihisab. Apakah kita berusaha untuk menjadi bagian dari solusi? Ataukah malah ternyata kita yang menjadi masalahnya.

Seorang Imam berkata "Yang menghambat manusia dari kemajuan itu bukanlah kebodohan, tapi kepuasannya terhadap ketidaktahuan"
Ayo, kepo, kepo ilmu. Ayo berlomba, lomba Amal shalih.
Semoga dengan ini, akan lahir sakinah dalam hati, karena hati telah memenuhi peran fitrahnya untuk menjadi Hamba Allah yang bermanfaat bagi lingkungannya.


Dan.. di atas segalanya, bersyukurlah jika Allah masih izinkan kita untuk mengingatNya.

#CelotehSebelumTidur #UraianOverthinking
#SehatSehatYaNegeriku
#AmbilBagianSesuaiKapasitas
#NaikanKapasitasAgarBerkualitas
#MendidikTidakMendadak
#JadiHambaBetulanBukanKebetulanJadiHamba



Jumat, 11 Oktober 2024

Stop perkawinan anak? Harusnya lebih giat menyuarakan #StopPerzinahanAnak sih



Dulu, aku adalah simpatisan feminis yang merasa sangat terganggu dengan adanya perkawinan usia dibawah 17 tahun.
Alasan 'awalnya' mungkin terlihat logis, ilmiah dan masuk akal. Padahal, kalau ditelusuri lebih jauh, maka alasan2 tersebut hanyalah alasan berdasarkan 'perasaan' dan 'persangkaan' belaka.

Bahkan, kamu bisa membaca tulisan dengan tema #StopPerkawinanAnak di blog ini! Tentu, tulisannya masih menggunakan sudut pandang lama, yaitu sudut pandang sebelum mengenal Islam.
 
Serius, setelah mengenal Islam, saya merasa lebih tenang dan mudah menjalani hidup, karena segalanya sudah di atur secara sempurna. Apa yang membuat kita merasa ribet dalam menjalankannya adalah karena kita berusaha tidak taat. Cobalah taat dulu, InsyaAllah tenang dan mudah memandang persoalan hidup.

Nah... Back to topic,
(Akan segera di edit InsyaAllah, kalau sudah menemukan kalimat yg tepat dan selesai riset, intinya jangan lupa ngaji ya!)


Maka, jika kamu melihat kebaikan ada pada diriku, ketahuilah itu karena kesempurnaan syariat Islam. Dan jika kamu melihat keburukan dariku, maka itu murni kesalahanku yang tidak menerapkan syariat Islam dengan sempurna.

Kamis, 10 Oktober 2024

Berkata



2 orang asing ini terlihat sibuk dengan agendanya masing-masing, meski di akhir pekan.
Tapi, hebatnya Allah yang Maha pengatur, hari pertama kerja dijadikannya hari libur. 
Hari libur dalam rangka memperingati kelahiran sosok yang Agung, teladan seluruh umat manusia hingga akhir zaman. Allahumma shalli wa Salim 'ala  Muhammad, shallu alaih.

Pagi itu, cuaca sejuk mengiringi hati yang berusaha tidak terketuk.
Memecah rasa, agar tak mengusir logika.
Hari itu, pertama kalinya, kita saling berkata, tidak banyak basa-basi langsung ke poin inti.
Bukan untuk membangun rasa, tapi untuk saling mengetahui isi kepala.

Satu persatu pertanyaan terjawab, 
satu persatu jawaban ditanya,
Kita pahami, diantara kita ada yang berbeda,
Tapi dengan 'kedewasaan' kita pahami bahwa itu adalah fitrah saja.

Tak terasa waktu berlalu, pertanyaan-pertanyaan dasar sudah terutarakan.
Pertanyaan lanjutan, biar di pending saja, InsyaAllah ada waktunya. 

Satu pertanyaan dalam diri,
Kenapa bisa, rasa percaya muncul begitu saja pada orang yang belum pernah bertemu langsung sebelumnya.

YaAllah, ini hal yang tidak biasa. Tapi, jika ini jalanMu, maka aku patuh. Aku hanya pemain dalam jalan ceritaMu. Maka, temani aku agar memainkan peran sesuai dengan petunjukMu.



"Ketika rasa percaya hadir mengudara tanpa tahu darimana, hanya ada dua alasan yang bisa menjawabnya, pertama itu adalah pesan dari Allah, kedua itu adalah harapan dari hati manusia. Bersyukurlah bila jawabannya alasan pertama, hati akan ridha apapun ketetapanNya. Berhati-hati lah bila jawabannya alasan kedua, karena hati akan kecewa bila tidak sesuai kehendaknya. Tawakal lah"
-ElKa



Minggu, 06 Oktober 2024

Standar Perilaku




Apa yang menjadi standar Perilaku kita hari ini?
Masihkah hanya menggunakan standar perasaan?
Ataukah dengan standar label "Yang penting aku tidak merugikan orang lain"?

Hmm..  seringkali, Hal itu benar, namun juga sering salah.
Bagaimana jika perilaku tersebut tidak merugikan orang lain tapi merugikan diri sendiri.

Misalnya, perilaku makan minum sembarangan. Mungkin saja itu tidak merugikan orang lain, namun tentu merusak tubuh sendiri, artinya merugikan diri sendiri.

Lalu, bagaimana standar perilaku yang tepat?
Yakni standar perilaku "Yang terpenting ini tidak merugikanku di akhirat"
Iya, akhirat menjadi standar agar kita selalu berhati-hati dalam perilaku.
Hal-hal yang tidak merugikan diri kita di akhirat, InsyaAllah tidak akan merugikan diri sendiri dan orang lain di dunia.

Meski, perilaku yang mendekatkan kita pada keselamatan di akhirat, terkadang terasa berat, namun hakikatnya di dunia ini untuk berjuang sekuat tenaga agar menjadi hambaNya yang bertakwa.

Maka, meski berat, teruslah meminta kekuatan pada Allah, agar senantiasa didekatkan dengan orang-orang/ keadaan yang selalu membuat kita mengingat kebesaranNya.

Merugilah orang-orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya, dan beruntunglah orang-orang yang senantiasa berpedoman pada Allah dan Rasulnya.

Ingatlah, jalan menuju Ridho Allah itu tidak selalu mudah, tapi pasti berakhir indah, kala tidak indah di dunia, semoga indahnya di Syurga. 

Wallahu a'lam bisshawwab