sumber foto: aguspriatmojoblp.blogspot.co.id
Suatu hari aku pergi ke daerah Banten dengan menggunakan Bus, didalam bus itu kududuk sendiri kemudian ada bapak separuh baya yang baru saja naik ke bus ini, kemudian duduk disampingku . Di sepanjang jalan itu tak habis mataku memandangi sawah yang menguning melalui jendela bus itu . Tak habis pula ucapan puji terhadap Yang Maha Esa atas segala karunia dan keindahanNya , yang ditunjukkan dalam penciptaanNya .Maha Suci Allah Swt.
sumber foto: news.liputan6.com
Namun sesaat setelah itu, kudapati pemandangan yang cukup menyesakkan hati, kulihat luasnya sawah yang menguning itu kering kerontang , tanahnya pecah seperti tak kuat menahan panasnya musim panas tahun ini. "kasihan sekali para petani" ucapku dengan nada pelan,namun ternyata bapak separuh baya yang duduk disampingku mendengar celetukanku, lalu berkata "Iya kasihan sekali mereka", aku pun mengobrol dengannya "Iya pak, kasihan sekali, tahun ini mereka tidak bisa panen dengan hasil yang bagus", "bukan itu" jawabnya, aku tercengang. Apa lagi yang membuatnya kasihan terhadap petani?? Seolah membaca pikiranku bapak itu melanjutkan "bukan itu, kalo mereka harus merugi pastilah mereka telah memperhitungkannya sejak awal, tetapi yang membuat saya kasihan adalah betapa banyak orang yang membuang buang nasi tanpa tahu betapa panjang dan beratnya pengorbanan seorang petani untuk menghasilkan beras yang layak dan bagus untuk kita makan", aku seakan mendapat tamparan keras di pipiku , kemudian aku pun menanyakan "kenapa bapak bicara seperti itu??", "Bapak bekerja sebagai pelayan di sebuah restauran di Jakarta. Setiap hari restauran itu menghabiskan 30kg beras untuk dijadikan nasi, namun setiap sorenya banyak sekali nasi yang terbuang, terkadang hati bapak merasa teriris harus membuang nasi yang tak dihabiskan oleh pemesannya, terkadang juga nasi itu bapak bawa pulang supaya tidak terlalu mubazir, karena bapak tahu diluar sana banyak sekali orang-orang yang tidak bisa merasakan nikmatnya nasi di negri agraris ini " Aku merinding ketika bapak itu menyebutkan banyak yang suka membuang nasi , aku langsung teringat pada sikapku yang suka menyisakan nasi diatas piring ketika makan bersama temanku karena alasan gengsi, takut di cap sebagai si rakus, namun ucapan bapak tadi membuatku tersadar bahwa salah satu cara sederhana menghargai jasa petani adalah dengan menghabiskan nasi sampai butir terakhir. Sejak saat itu aku berjanji akan menghabiskan nasi hingga butir terakhir, jika tidak memungkinkan aku akan sebisa mungkin tidak membuang nasi, entah bagaimanapun caranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar