Sabtu, 15 Juli 2023

Puisiku yang tak sampai kepadamu (edisi kumpulan puisi jaman alay yang belum terpublish)

 



Kasih Terselubung

Silam sudah  rasa menepi

Menepis kisah yang  menyepi

Menangkis rindu kala kemari


Jauh mata memandang

Teduh hati mengundang

Gundukan resah hilang

Bersamamu cemerlang


Mengintai lubuk terdalam hatimu

Menguntai kalimat dalam hatiku

Adakah Aku dalam pikiranmu?

Bisakah ku warnai harimu?

Layakkah cerita kita bertemu

Layakkah kasih kita berpadu

Layakkah kisah ini jadi satu?

Meski perasaanku terselubung

Kuharap doaku dapat terhubung

Dariku bungsu, padamu hai sulung.


Rehat Sejenak

Tumpah ruah keluh tak tertahankan

Menyapu ruam singgah berhalaman

Menyapa runyam tanpa pengalaman

Menyerah ruas tanpa berpegangan

Menyadarkan sendi pilu berbenturan


Tubuhku penuh sesak teramat

Bagai terikat teluh keramat

Perih panas memenuhi dada

Bagai tersengat terik sang surya

Melihatmu dengannya, perih menerpa

Tegamu tak pernah kudamba

Kau yang selalu bersama

Kini tak lagi pernah bersua

Luka hinggap bersejajar senja

Memadamkan fajar tak lagi indah

Ikhlas kini masih dalam helaan

Memahami pedih tak tertahan

Pikirku runtuh dirundung perasaan

Kau benar wahai tuan

Cinta tanpa iman

Hanya serpihan

Tersapu harap hampa

Terbuai rayuan nestapa

Tersingkir dusta belaka

Menghilang tertiup kenang

Menyayat setipis benang

Benang tanpa kain tertenun darinya

Membuahkan luka

Menghambakan hampa…


Sahabat Terkasih

Gema tawa kita begitu renyah

Tentu hanya kita yang paham artinya

Tipis humormu, juga humorku

Menyatu dalam talian komedi lucu

Tawa kita begitu seru

Pun tangis kita begitu sendu

Percakapan  mata yang menyentuh hati

Memberi ruang energi terbarui

Kau dan aku yang saling berkabar

Penghabisan waktu yang terus berputar

Sedih tawamu yang menular

Mengisi sudut rasa terantar

Meski banyak rasaku terlantar

Tak ku asuh bagai tak berperasaan

Tak ku aku, cukup  persahabatan

Sahabat terkasihku…

Saat pergi bersamamu, aku suka

Saat bertukar cerita, aku suka

Saat kau teduhkan rasaku, aku suka

Saat kau terangkan gelapku, aku suka

Saat kau menatapku, aku jatuh

Apakah kamu juga?

Pertanyaan pilu yang selalu tak mampu

Tak mampu kutanyakan padamu

Hanya menerka rasa  yang kau tuangkan

Menerjemah indah pada kalam kenangan

Tak mengapa balasan rasa hanya hayalan

Tak mengapa bila kau tak rasakan

Tak mengapa bila hanya prasangkaan

Tak mengapa, kukubur rasaku padamu

Demi melihatmu bahagia atas pilihanmu

Tak Mengapa sahabatku

Aku takkan menunggu


Bila sudah waktuku

Kan kutemukan layaknya dirimu 

Selamat atas pilihanmu

Semoga bahagia selalu!


Simpanan Rindu

Lantunan doa yang mengudara

Alunan harap yang mengembara

Tercuat mesra merayu semesta

Tanpa tercampur aroma dusta

Tersapa kalbu yang temaram

Menggeliat tenang seteduh malam

Menderap maju harap berpangkuan

Menyusup hening dalam dambaan

Menyusun rindu berkepanjangan

Menguak rasa takut kehilangan

Kepingan rindu kupungut satu persatu

Menguntai kasih yang tak kunjung berpadu

Wahai kau muara simpanan rindu

Mutiara kasihku tertuju padamu

Jauh kau berkelana tak  mengapa

Asalkan kelak bersama

Memecah simpanan rindu

Cinta kasih yang akan berpadu

Dalam izin Tuhan yang satu

Salam rinduku padamu

Tuanku 



Es Krim Waktu Itu

Detik waktu yang menderu

Mengabarkan sesuatu

Ku buka mantel tebalku

Kugantungkan pada tiang harapan

Ku pakai kaus tipisku

Berharap gerah ini segera berlalu

Teng…teng..teng..teng

Suara apa itu?

Ah pedagang es krim tiap minggu

Datang kembali tanpa bertemu

Terbayang satu ingat dalam kalbu

Senyum tersimpul tersapu malu

Menemukanmu di kala rindu

Mengapa masih saja ku takut

Takut akan menyapamu

Tak berdaya berkata

“Mas, es krimnya satu”

Hanya karena dirimu pun ada disitu


Ingatkah kau es krim waktu itu?

Deskripsi tepat untukmu

Dingin yang mempesonaku

Terpengaruh lelehan tatapanmu

Terperdaya senyum manismu

Duhai es krim waktu itu

Meski tak mampu ku nyatakan

Senyum ini akan ku simpan

Hingga waktunya bersamaan

Kau dan aku  bergandengan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar