Sabtu, 04 November 2023

Saat dirimu merasa Jelek, tenang saja.. kamu tak sendiri!


"Kamu tuh ya udah pesek, item, berkumis, idup lagi"

"Perempuan kok jelek amat sih"

"Adik temanku imut-imut, kamu sih amit-amit"

"Saya tuh gak mau samaan sama kamu, jelek!"

Suara itu kembali terngiang dalam kepalaku hari ini.

Aku menahan tangis juga haru.

Tangis karena ternyata suara itu masih ada dalam kepala, juga haru karena nyatanya semua itu membentuk diriku yang sekarang. Hatiku tak lagi sesak, bahkan bibirku otomatis tersenyum mendengar suara kepalaku hari ini. Alhamdulillah

Izinkanlah aku mengalirkan emosi ini dalam bentuk tulisan seperti biasanya.

Air mata terburai kala jemari mulai mengetikkan satu persatu kata tentang sebuah memori masa sekolah.

Pada masa itu, tepatnya jenjang Sekolah Menengah Pertama, aku mengalami keguncangan yang sangat besar dalam kepercayaan diri.

Aku kehilangan percaya diri dan merasa tidak bisa mengikuti pergaulan anak seusiaku.

Aku tidak tahu, kalau di masa 'remaja', fisik begitu sangat diperhitungkan di dalam pergaulan.

Namun aku percaya, selalu ada kisah indah di setiap air mata.

[[ Singkat Cerita, di hari ini]]

And here we go, I want to tell you the truth.

Hari ini, Aku menjadi Guru di sebuah TK. Aku suka sekali untuk menceritakan kisah pada anak-anak agar mereka memiliki banyak referensi dalam bersikap saat menghadapi masalah.

Friday morning with  a lot of gratefulness, aku berkisah pada anak tentang Palestina. Berat rasanya, bukan.. bukan karena kisahnya, namun karena momen berkisahku diabadikan dengan kamera dan akan dipublikasikan dalam bentuk Video. 

Terbayang sudah ekspresi mukaku yang mungkin absurd. Tapi aku harus melakukannya. 

Aku hanya ingin berkata pada diriku sendiri yang mulai insecure dengan apa yang ada:

"Hallo.. diriku yang dulu sering mendapat hinaan dan cemoohan tentang fisik, dengarkan aku dulu ya. Kali ini, kamu sudah tidak lagi di fase remaja, dirimu sudah melesat jauh di usia dewasa. Kabar bahagianya, di dunia dewasa kamu tidak lagi harus pusing dengan penilaian orang lain, karena orang lain punya urusan sendiri, dan kamu bukanlah pusat dunia yang dipikirkan orang lain. Jadi, kamu tidak perlu khawatir tentang apa yang orang lain pikirkan tentangmu. Hal penting saat ini adalah bagaimana kamu mengoptimalkan segala potensi yang ada dalam dirimu menjadi suatu kebermanfaatan. Bukan.. bukan lagi dalam tahap pikiran, tapi kali ini dalam perbuatan, aku tahu dengan baik banyak sekali rencana dan mimpi yang kamu simpan sejak dulu, namun kamu selalu bersembunyi dan tidak berani untuk menampilkannya hanya karena kamu malu dan takut di bilang "jelek". Mari atur nafas sekarang, inhale--exhale"

Lalu kisah pun dimulai, kamu berkisah dengan segala kemampuanmu, berbekal bismillah kamu memulainya dengan yakin dan fokus terhadap tujuan kisahmu hari ini. Menyampaikan pesan moral dan semangat dalam membela kebenaran. Itu sudah bagus sekali, meskipun tidak semua anak menyimakmu, bahkan ada yang menangis karena pada saat kamu bercerita, ada anak yang bercanda dengan temannya kemudian menghasilkan tangisan merdu diantara ceritamu. 

Apa kamu merasa bersalah? tentu saja, aku tau dalam pikiranmu sudah bersliweran kata-kata yang otomatis terngiang dan masih berasal dari rasa insecuremu.

Biar aku ingatkan kembali, pada situasi saat itu, suara itu hadir

"Guru macam apa aku ini, engga becus jaga perhatian anak agar fokus"

"Duh... kasian tuh tim dokumentasi, pudar momennya karena kamu tidak menguasai situasi"

Oke.. ini apa-apa, tapi yuk.. inhale-exhale, La Tahzan Innallahama'ana.

Kamu pun kembali berusaha tetap seprofesional mungkin agar anak-anak kembali kondusif dengan ceritamu. Kamu ternyata bisa berfikir cepat dan situasi itu terlewati dengan baik, Alhamdulillah, Aku sangat apresiasi karena kamu sudah bisa berusaha lebih tenang dan proaktif dalam menghadapi situasi yang tidak terduga.

Akhirnya, kamu selesai dan kamu merasa senang dan bersyukur karena kamu bisa menularkan semangat secara alami kepada anak-anak.

Di akhir sesi cerita, ada kegiatan donasi, pembagian bendera palestina dan foto bersama serta membuat video yang menyuarakan "Free Palestine! Free Palestine! Free Palestine!"

Semangatmu begitu bergelora, namun kamu selalu memikirkan bagaimana hasil videonya, aku takut merusak visual dan orang-orang mengejekku seperti dulu. Aku takut diriku merusak pemandangan, aku takut diriku tidak enak untuk dilihat dan akan menurunkan citra sekolah. Pilihan itu mengganggumu.

Di suatu kesempatan sebelum video itu terbit dan dipublikasikan, kamu memohon pada tim dokumentasi untuk meminimalisir kehadiranmu di video tersebut dan hanya memilih momen dirimu yang cukup bagus. Tim dokumentasi bilang "Ya, akan diusahakan"

Syukurlah, aku lega.

Hari mulai sore, akhirnya video tersebut dipublikasikan.

Aku sungguh tidak berani melihat video itu, hanya sekilas. Aku hanya bertanya pada temanku "Apakah aku bagus?" temanku berkata "Ini hanya gerakan tanpa suara, tenang saja, kobe kok" katanya. Aku percaya, namun aku masih belum bisa, belum bisa melihat video utuhnya. Bahkan sampai pada tulisan ini terbit, aku masih mengumpulkan keberanian itu.

Kamu kembali berkata pada dirimu sendiri "Apa lagi yang kamu khawatirkan? bukannya saat ini kamu sudah menerima segala hal yang ada dalam dirimu? mengapa kamu masih takut untuk melihat dirimu sendiri menggunakan kacamata orang lain? Bukankah saat ini kamu sudah bersyukur karena kamu sudah mulai dan mau merawat dirimu? dan yang terpenting, kamu tidak lagi menilai sesuatu secara kasat mata, namun kamu sudah mulai menilai dengan makna, itu bagus. Apalagi yang membuatmu ragu, kamu sudah tidak berkata kasar pada dirimu sendiri atas perasaan jelekmu, itu juga sudah bagus, sejelek apapun kamu dipikiranmu, kamu tetap berharga, camkan itu!" kataku.

"Aku tau dan kenal betul segala gejolak perasaan dan pola ini, dan aku masih mengumpulkan keberanian. Meski belum berani, aku sudah meyakini bahwa orang-orang tidak lagi melihatku secara fisik semata, tapi mereka melihatku dari sisi lainnya, misal: kebermanfaatan skill yang aku miliki. Satu hal yang paling penting adalah tentang Tuhanku, Dialah yang memberikanku bentuk sebaik-baiknya agar aku bisa mengoptimalkan potensi titipanNya, tanpa melupakanNya. YaAllah, semoga aku bisa menjaga segala titipanMu ini, karena aku yakin apapun yang sedang aku rasakan saat ini, termasuk perasaan merasa jelek (meski terdengar sepele), aku tidak pernah sendiri, selalu ada Engkau yang memberikan ketenangan dan ketabahan hati. Terimakasih yaAllah, denganMu Aku tenang".

This is video of me, when I tell story about Palestine:

https://www.instagram.com/reel/CzLGW2HriOZ/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==

Dan ini fotoku saat menjelaskan Pelajaran tanaman Jahe di dalam kelas. Ekspresinya kocak wkwkwk.
Indahnya bahagia, karena hati sudah menerima.

It's really okay to feel ugly sometime, but don't judge yourself in negative way. Support yourself to fight this hard moment and accept it well. Maybe you're not the person who look ugly by someone, it's okay. But, I believe you have goodness in other stuff. So if the world have a lot Beauty standard, then you can make it by yourself with Allah sign. "Allah didn't judge you by how you look, but He judge you from your heart". So, accept it and let's grow up together.

Keep in trust, that Allah give you the best way.

Good luck!

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar