^^

Terimakasih atas kunjungannya^^ Semoga harimu selalu dipenuhi dengan kesenangan dan keberkahan. Sudahkah anda bersyukur untuk hari ini??

Ads Here

Sabtu, 22 Februari 2025

Di tanggal cantik ini 22-2-25



[Biar jadi arsip ya]

Cung hand, siapa disini yang masih jomblo? 

Saya saya!..
Izinkan diri ini, yang sudah jadi jomblo seperempat Abad 😅 untuk berbagi cerita tentang persiapan diri bertemu jodoh sejati berlandaskan nasehat2 dari para guru serta menyaring pengalaman dari rekan-rekan yang sudah melewati fase jomblo. 
Semoga bermanfaat😁

Dear singlelillah, 
Apakah kita sama, pernah berpikir 
Saya tuh ada jodohnya engga sih? 
bagaimana ya jodoh kita nanti? 
Kapan ya waktunya saya bertemu dengannya? 
Ketemu dimana ya, kan aku engga mau pacaran, emang bakal bisa ketemu?

Hiks hiks hiks.

Daripada galau berjamaah di malam minggu ini, lebih baik kita telisik sama-sama, hal-hal yang bisa kita lakukan selagi menjomblo, agar menjadi _*Jomblo berkualitas yang Allah ridhoi*_ 

Betul apa bener? 😁😁

Menjadi jomblo adalah sebuah privilege loh, privilege untuk bisa fokus bertumbuh dan berkembang seperti yang kita mau. 

Privilege untuk menjadi versi terbaik diri, sebelum nantinya berkolaborasi dengan pasangan sejati. 

Kalau kata _Kang Zein Permana_, jangan lelah untuk upgrade diri, karena secara tidak langsung kita sedang mengupgrade jodoh kita.

Tapi, gimana mulainya?
Apa standar pantasnya?

Sebelum memulai, kita samakan dulu ya persepsi tentang jodoh. Jodoh dalam pengertian luas adalah apa-apa yang Allah takdirkan bertemu dengan kita. Jodoh dalam arti spesifik untuk manusia, artinya seseorang yang Allah takdirkan bersama di dunia, dan bertemu kembali di jannahNya. 

Sebagai orang beriman, tentu standar kita dalam mengartikan jodoh bukan hanya yang bersama di dunia, tapi juga di akhirat. 

Misalkan, kisah antara Asiyah dan Firaun, mereka bersama di dunia, namun nanti di akhirat mereka dipisahkan, yang satu ahli surga yang satu lagi ahli neraka, maka sebenarnya mereka bukanlah jodoh. (Sumber: Ust. Oemar Mita)

Jadi, kalau kita sudah punya jodoh di dunia, perjuangannya belum selesai, karena perjuangan kita baru selesai kalau kita sudah 'kembali bersama di surga'
Wah.. ternyata menjadi tugas panjang ya!.

Iya, itulah mengapa pernikahan adalah ibadah terpanjang, karena bukan saja untuk Dunia tapi untuk akhirat nanti.

Dan perjuangan ini bisa kita mulai dari sekarang, dimulai ketika diri 'masih' sendiri. 

Mulai dari mana?

*1. Niat*
Luruskan niat, mengapa kita harus menikah? Untuk apa kita menikah? Untuk siapa kita menikah?
Tentu muaranya adalah karena *Allah*. 
Implementasi dari lurusnya niat hanya karena Allah harus dimanifestasikan dengan _Cara yang diridhoi Allah_ _Tujuan yang Allah setting_ , Dan pondasi utama dalam meluruskan niat ini adalah beriman pada apa yang Allah telah turunkan sebagai pedoman hidup yakni Al-Qur'an.

*2. Bersuci*
Pernikahan adalah ibadah terpanjang, maka mulailah dengan mensucikan diri agar hati kita mudah menerima petunjuk dan pertolongan yang Allah hadirkan ketika kita membutuhkannya. 
Bersuci dapat dilakukan dengan: muhasabah diri (menyadari kelebihan diri untuk disyukuri dan dimaksimalkan, juga menyadari kekurangan diri untuk dapat diperbaiki), recheck ibadah harian (sudah sesuai pedoman belum?), sedekah untuk menyucikan harta, juga menyambung silaturahim yang baik dengan orang-orang di sekitar kita.

InsyaAllah dengan begitu, hati kita akan lebih tenang dalam proses 'memantaskan diri' sebelum Allah pertemukan dengan jodoh sejati.

*3. Fokus Menjadi bukan Mencari*

Jika kita sibuk mencari yang terbaik tanpa diiringi usaha untuk menjadi yang terbaik, maka yang terjadi adalah kita akan 'tertinggal'. Maka, kalau kata Kang Zein Permana, _"Fokuslah bertumbuh, maka akan dipertemukan"_ karena jodoh itu biasanya bertemu di jalur pertumbuhan, bukan di jalur pencarian. Semoga Allah pertemukan kita dengan pasangan yang sejiwa, seilmu, sesurga ya. Aamiin 💓🫶

*4. Perbaiki sirkel pertemanan*

Jika kita menginginkan berjodoh dengan orang yang shalih, maka perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang shalih/orang-orang yang bersemangat dalam kebaikan. 
Kita tidak mungkin memancing ikan Lele di laut, karena bukan kolamnya. 
Maka, ikhtiarkan untuk mencondongkan hati kita pada sirkel-sirkel kebaikan, agar Allah dekatkan dengan orang-orang yang baik. Karena, sejatinya jiwa-jiwa akan berkumpul dengan yang selaras. InsyaAllah.

*5. Memantaskan diri dengan Amal shalih*

Singlelillah, berdoa meminta jodoh pada Allah itu sejatinya bukan untuk memaksa, tapi untuk meminta. Layaknya peminta, maka pantaskan diri kita untuk diberi yang terbaik oleh Yang Maha Pemberi.
Kita sadari, bahwa Amal shalih yang kita kerjakan tidak berdampak apa-apa untuk Allah, tapi itulah yang bisa kita kerjakan untuk merayu Allah, agar di 'notice' oleh Allah. Jadi, Amal shalih itu kebutuhan kita sebagai hamba.

Bukankah, jika Allah telah mencintai seorang 'Hamba' maka, Allah akan memberitahu seluruh penduduk bumi dan langit untuk ikut mencintai hamba tersebut. 

MasyaAllah ya 🥹🫶 semoga kita memiliki Amal shalih yang senantiasa diusahakan istiqomah untuk meraih cinta Allah, sebelum mencintai hamba Allah.


*6. Belajar-belajar-belajar*

Pernikahan adalah aktivitas seumur hidup, maka belajarnya pun seumur hidup. Jangan lupakan komponen belajar yang penting: Adab-Guru-Sumber belajar. Pelajarilah dengan penuh adab, dan milikilah guru agar ilmu yang didapat utuh serta memiliki tempat bertanya yang ahli ketika nanti dalam praktiknya ada perbedaan, pun perhatikan sumber belajar, pastikan bersumber dari ahlinya.

*7. Berdoa-Berikhtiar-Tawakal*

Tiga Hal diatas harus digandeng terus, kita berdoa untuk meminta dan menenangkan hati, berikhtiar segala cara untuk menunjukkan keseriusan diri, juga tawakal karena menyadari hasil tetaplah di tangan Ilahi. 

Nah, itulah 7 bagian dari Seni memantaskan diri sebelum bertemu jodoh sejati, yang tentu saja saya persingkat, karena waktu yang kian merapat. Xixixi 🤭🤭 

Untuk selanjutnya, bisa diskusi saja ya Jannati. Mari saling rangkul dalam kebaikan, semoga Allah jodohkan kita bertemu kembali di surgaNya nanti.

Pun, yang harus digarisbawahi adalah, pemantasan diri ini sejatinya adalah memantaskan diri untuk menghadap Ilahi. Karena tidak ada yang pasti di dunia ini, kecuali pertemuan denganNya nanti. 🫶🥹🥹💓

Closing statement:

Tenang... Semua ada waktunya, bukan tentang siapa atau kapan, tapi tentang bagaimana cara kita menjemputnya, tugas kita memantaskan diri, biar Allah yang buat skenario terindahnya nanti. Mudah-mudahan kita termasuk pada hamba yang menerima akan segala yang ditetapkan, bila sesuai keinginan kita maka Alhamdulillah, bila tidak maka Alhamdulillah 'ala kulli Hal. pilihanNya pasti yang terbaik, yakin saja, insyaAllah.



Rabu, 12 Februari 2025

Greget

Daripada kepikiran, lebih baik dituliskan, betul?

Seseorang bercerita kepadaku, tentang kebingungan dirinya menghadapi laki-laki yang 'katanya' ingin serius dengannya, namun tidak juga mengurus perceraiannya.

Okay, okay, sepertinya lebih baik kita gambarkan dengan tokoh ya (samaran).
Tokoh kita kali ini:
1. Nama: Mawar
Status: Cerai mati

2. Nama: Sukiman
Status: Cerai hidup

Mawar bercerita, bahwa dia memiliki rencana untuk menikah dengan sukiman, sukiman pun mengiyakannya, 
Namun, status sukiman masih mengawang, secara fisik dia telah berpisah dengan istrinya selama 4 tahun, namun secara catatan negara masih dalam perkawinan yang sah.

Di satu sisi, mawar sudah terburu merasakan nyaman dengan sukiman, karena perhatiannya. Sedangkan sukiman, belum juga tegas mengurus perceraian di pengadilan agama.

Sang mawar bertanya padaku, namun aku mengarahkan untuk bertanya pada yang ahli, sedangkan aku hanya baru jadi seorang pembelajar saja, belum bisa memberikan saran-saran yang valid.

Nah, pada yang demikian itu, ada pelajaran yang bisa dipetik. Pelajaran ini diperuntukkan 'mengambil hikmah' bukan untuk mengomentari persoalan di atas. 

Maka, bila ada yang berada pada status demikian, cobalah renungi kaidah-kaidah berikut yang kusarikan dari nasehat-nasehat guru untuk muridnya.

Kaidah yang dapat digunakan sebagai seorang perempuan dalam bersikap seharusnya:

1. Jangan mau diajak bicara tentang masa depan dengan orang lain yang belum selesai dengan masa lalu.

2. Tegaskan pada diri, kamu mulia dan layak diperjuangkan dengan cara yang mulia.

3. Tegaskan pada laki-laki, rencana dan langkah nyata dalam menuju pernikahan, Utamanya selesaikan dulu.

4. Jangan turuti nafsu untuk pacaran.

5. Jika kau ingin mendapatkan yang lebih baik dari sebelumnya, tempuhlah dengan cara yang lebih baik (tidak pacaran) memang lebih berat, tapi hadiahnya juga insyaallah ketenangan luar biasa juga keberkahan setelahnya. 

6. Jika laki-laki serius dan mengerti, maka ia akan rela berjuang, dan mengusahakan dengan cara yang benar, bukan sembunyi-sembunyi, apalagi mengajakmu kesana kemari tanpa ada status yang pasti. Tetap berhati - hati.

7. Jangan pakai hati, sebelum sah sebagai seorang suami istri.

8. Jangan terjebak dalam kenikmatan sementara, hingga mengorbankan kehidupan jangka panjang.

9. Laki-laki akan selalu punya cara untuk meluluhkan hati perempuan, karena memang itu tabiatnya, maka perempuan tegaslah pada perasaanmu sendiri. Minta tolong pada RabbMu.

Semoga Allah menjaga kita dalam naungan rahmatNya.

Cari Blog Ini