Cerdas mengelola uang sejak dini? Memangnya penting?
Mengapa ini penting?
Dengan mengajarkan bagaimana pengelolaan keuangan yang bijak, maka kita bukan hanya sekedar mengajarkan anak untuk mengatur uang sakunya tetapi lebih luas lagi tentang kemampuan anak mengambil keputusan atas keuangannya di masa kini dan masa depan. Setuju?
Financial parenting paling mendasar adalah membangun kesadaran dalam diri anak untuk dapat membedakan mana keinginan dan mana kebutuhannya.
Dalam buku ini, terdapat 7 Bab penting yang membekali para orangtua/pendidik dalam mengarahkan dan membimbing anak dalam keuangannya.
Berikut ringkasan Poin Pentingnya:
Bab 1. Apel Jatuh tidak jauh dari Pohonnya
Pada bab pertama, kita diingatkan kembali tentang prinsip Children See, Children Do.
Apa arti istilah Children See, Children Do?
Yakni segala apa yang dilakukan, perlihatkan ataupun perdengarkan kepada anak melalui perilaku keseharian, maka hal tersebut yang akan dijadikan contoh ataupun dilakukan kembali oleh anak baik di masa kini maupun masa depan sebagai konsep awalnya dalam menyikapi suatu permasalahan.
Jadi, sebelum meminta atau menuntut anak untuk cerdas dalam finansial, baiknya kita evaluasi terlebih dahulu sikap kita terhadap uang (Apakah uang adalah tujuan atau alat dalam kehidupan) dan riwayat keuangan (Apakah kita termasuk yang suka berhutang, menabung atau berinvestasi?).
Setelah 2 hal tersebut dilakukan maka lakukanlah identifikasi Hambatan yang dialami oleh keluarga kita untuk dijadikan bahan perbaikan pengelolaan keuangan kedepannya. Lalu terakhir, membangun jembatan komunikasi dengan cara mengomunikasikan tentang perencanaan keuangan keluarga.
Cara membangun komunikasi keluarga, yakni dengan melibatkan keluarga dalam perencanaan dengan memperhatikan kebutuhan dan keinginan tiap-tiap anggota keluarga.
Dalam akhir bab 1 diberikan insight tentang Prinsip 5T dalam mendidik anak.
Berikut 5T dalam mendidik anak:
1. Time (Waktu)
Qtime sangatlah penting, untuk membangun kedekatan dengan anak dengan cara banyak melakukan hal bersama-sama dengan kehadiran jiwa-raga seutuhnya tanpa distraksi.
2. Telling (Memberi Tahu)
Pada dasarnya anak belum tahu, maka memberi tahu adalah tindakan yang sebaiknya dilakukan agar anak dapat mengerti keinginan dan harapan kita. Jangan pakai kode2 an ya, anak tidak akan paham, ajarilah dengan keterangan yang jelas sesuai dengan kemampuan dan daya tangkap bahasa anak.
3. Teaching (Mengajar)
Bukan hanya memberi tahu tentang nilai-nilai keluarga, tapi juga mengajarkan kepada mereka cara melakukannya dengan benar dengan memberikan teladan yang baik.
4. Training (Melatih)
Anak pada dasarnya mudah ingat, mudah lupa sehingga jangan bosan untuk melatih anak dengan cara-cara yang menyenangkan sesuai dengan usia.
5. Thogetherness (Kebersamaan)
Pengajaran dan pelatihan perlu dinaungi dalam sebuah kebersamaan supaya pembelajaran terasa hangat dan Akrab dengan anak.
Nah, 5T dapat dijadikan bekal untuk mendampingi anak dalam mengatur keuangannya.
BAB 2: Mengapa harus pakai Uang?
Pada bab 2, pembaca akan diajak untuk mendiskusikan tentang bagaimana uang di mata anak dan juga bagaimana membangun persepsi positif pada anak terhadap uang dengan memperhatikan karakter dasar anak laki2 dan perempuan dengan cara membuat tujuan yang SMART (Specific (spesifik), Measurable (terukur), Attainable (dapat dicapai), Realistis (realistik), dan juga Time bound (jangka waktu). Hal tersebut dilakukan, agar anak terbiasa mengambil keputusan yang tepat dengan pertimbangan yang cermat.
Dalam bab 2 ini kita pun diberikan akses lanjutan untuk belajar Cerdas Finansial bersama kak Seto di www.rumahcerdasfinansialkakseto.com
BAB 3: Darimana anak mendapat uang?
Pada Bab 3, Pembaca diajak untuk merefleksikan kembali, apakah kita telah memberikan sejumlah uang yang tepat pada anak?
Menurut buku ini, dikemukakan bahwa anak mendapatkan uang dari 5 sumber yaitu:
Uang jajan, uang Hadiah, uang pinjaman, upah bekerja di rumah, dan juga uang saku.
Coba refleksikan, sudah tepat belum ya dalam memberikan uang saku pada anak?
Kalau dalam buku ini, anak disarankan diberi uang saku dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah tertentu untuk mengajarkan anak mengatur keuangannya dengan tanggung jawab.
Nah, boleh saja jika ingin memberi bonus, namun ada yang perlu diperhatikan agar kita tidak salah langkah memberikan bonus kepada anak. Diantaranya:
1. Tingkah laku
Memberi pelukan dan ucapan kasih sayang kepada anak sebagai reward dari tingkah laku anak yang baik sudah cukup sebagai "bonus" berharga bagi anak. Jangan sampai anak mengaitkan tingkah laku baik sebagai bonus kenaikan uang sakunya.
2. Prestasi
Tidak ada balasan yang lebih baik daripada mengatakan kepada anak bahwa Anda bangga atas prestasi yang diraihnya.
3. Tugas Rumah
Mengerjakan tugas rumah adalah kewajiban anak untuk membantu orang tua. Jangan membiasakan anak dengan bonus uang yang membayanginya ketika mengerjakan tugas rumah
BAB 4: Bagaimana mengontrol pengeluaran?
Cara mengontrol pengeluaran dijelaskan dengan cara:
1. Membuat sistem dan peraturan yang jelas
Misalnya dengan metode pembagian amplop kebutuhan dan keinginan, celengan, ataupun software perencanaan keuangan.
2. Buat daftar rencana pengeluaran.
Nah, ajaklah anak untuk mendiskusikan kebutuhan utama yang harus dipenuhi terlebih dahulu, lalu ajarkan anak untuk tidak mudah tergiur oleh iklan yang bertebaran di televisi/media lainnya, dan biasakan anak untuk menyisihkan uangnya untuk berbagi kepada sesama dan selalu disiplin serta bertanggung jawab atas pengeluarannya.
3. Bijak dalam mengeluarkan uang
Berikan pengertian bahwa setiap kita harus bisa mengontrol keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan yang utama.
4. Menyusun Anggaran (Bujeting)
Nah, disini terdapat poin-poin penting Bujeting yaitu pemasukan dan pengeluaran.
Untuk pemasukan sendiri dapat kita usahakan dari 5 sumber pendapatan yg telah dibahas sebelumnya
Nah untuk pengeluaran sendiri, kak Seto memberikan tips sebagai berikut:
Gunakan metode 10/10/10/70
10% Pay your soul first (Beramal)
10% Pay your safe first (Menabung)
10% Pay yourself first (Investasi)
70% Pengeluaran
Jadi intinya, 30% untuk pay your first (kebutuhan yg paling perlu didahulukan beramal, menabung dan investasi)
70% untuk pengeluaran lainnya.
Nah, bagaimana cara kita mengajarkan anak membuat bujet atau perencanaan keuangan?
1. Tentukan waktunya, mingguan/bulanan.
2. Tulis semua uang yang masuk baik uang jajan/hadiah/upah/saku.
3. Buat kategori pengeluaran (metode 10/10/10/70)
4. Kurangi total uang masuk dengan uang keluar. Jika hasilnya negatif, lakukan penyesuaian pengeluaran hingga 0.
Atau jika masih bersisa, maka arahkan untuk menambah di pos Pay your first agar tujuan lebih cepat tercapai.
5. Cek bujet dan perencanaan keuangan, apakah sudah sesuai atau masih perlu penyesuaian.
Wah, klo masih teori bgini agak ribet ya dibayangkan, supaya gak ribet gimana? Ya coba sdikit demi sedikit diaplikasikan. Ya gak?
Pada Bab 5 dibahas tentang perbedaan menabung dan investasi disesuaikan dengan prioritas dan kondisi keluarga , bisa melalui menabung/investasi atau keduanya. Pada intinya, 2 hal ini berkaitan dengan persiapan keuangan untuk kebutuhan jangka panjang dan juga masa depan.
Bab 6: Mempersiapkan biaya kuliah dari sekarang
Nah, seru banget sih di bab ini, agak ngos2an sdikit saat membacanya karena pembaca akan diajak untuk merencanakan dana pendidikan anak hingga perkuliahan juga menghitung perkiraan dana pendidikan anak disesuaikan dengan kenaikan harga dll.
Pada intinya, dana pendidikan yang dipersiapkan sedini mungkin lebih akan terasa ringan dan juga bukan lagi beban di masa depan.
Namun, jangan insecure apabila belum memiliki perencanaan dana pendidikan anak dengan matang. Pepatah mengatakan tidak ada kata terlambat dalam sebuah perencanaan. Mulai dari sekarang, mulai dari yang di mampu, sesuaikan dengan yang dituju. InshaAllah ada jalannya. Cause There is a will, there is a way.
Bab 7: Berkarir atau berwirausaha?
Nah, ini bagian cukup penting ya, karena terkadang orang tua memiliki kecenderungan tersendiri pada anaknya.
Ada yang suka bila anaknya berkarir karena gaji dan tunjangan jelas.
Ada juga yang tidak suka jika anaknya berkarir karena akan menghambat eksplorasi dirinya untuk dapat berkarya dan bermanfaat lebih luas lagi di masyarakat.
Ada yang suka dan berharap anaknya menjadi wirausahawan karena anak akan dapat menjadi pemimpin di usahanya sendiri.
Ada juga ortu yang khawatir bila anaknya memilih berwirausaha karena jenjang karir yang tak jelas serta kegagalan yang ada didepan mata.
Well, keduanya dapat disesuaikan dengan nilai-nilai keluarga serta bagaimana bijaknya orang tua dalam mengarahkan agar sesuai antara keinginan, kebutuhan dan harapan dari ortu maupun anak.
Apapun pilihannya, dukungan dari keluarga merupakan support system terbaik yang dibutuhkan anak dalam memilih antara bekerja dengan bijak ataupun berwirausaha dengan bijak pula.
Semoga Bermanfaat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar