Bulan Agustus merupakan bulan yang sakral bagi negara Indonesia,
karena terdapat hari bersejarah, yang menjadi gerbang kemerdekaan bangsa Indonesia setelah dijajah lebih dari 3,5 abad lamanya.
Kemeriahan perayaan hari kemerdekaan terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Gotong royong yang merupakan khas warga Indonesia, sangat terlihat ketika bulan Agustus tiba. Warga biasanya gotong royong untuk menghias lingkungan tempat tinggalnya agar lebih meriah dari biasanya.
Mulai dari memasang bendera Merah putih di setiap rumah, menghias jalanan dengan berbagai hiasan, lampu, maupun kreasi lainnya. Kemeriahan tersebut dibuat sebagai bentuk suka cita kemerdekaan bangsa Indonesia.
Tahun 2020 merupakan tahun ke 75 Indonesia merdeka. Tahun yang sama ketika Virus Covid-19 berkembang menjadi sebuah pandemi yang menyebabkan banyak perubahan di segala aspek kehidupan di dunia.
Di Indonesia sendiri, sejak bulan Maret lalu, pemerintah baru mulai melakukan upaya untuk menghentikan atau setidaknya memperlambat penyebaran virus tersebut diantaranya anjuran dirumah saja hingga pembatasan sosial berskala besar.
Hingga bulan Agustus tiba, pandemi belum juga mereda. Perayaan kemerdekaan pun tidak bisa seperti biasanya namun disesuaikan dengan protokol kesehatan Adaptasi Kebiasaan Baru, supaya tidak menjadi cluster baru penyebaran Covid-19.
Di tempat tinggalku, perayaan kemerdekaan tetap dilakukan namun dalam lingkup yang lebih kecil.
Pada tahun-tahun sebelumnya, perayaan dilakukan di tingkat desa dan kecamatan yang melibatkan banyak warga. Namun, di tahun ini hanya tingkat RT masing-masing.
Meski begitu, perayaan tersebut tetap menghadirkan kemeriahan yang diisi dengan senyum, tawa, teriakan dan sorak Sorai penonton maupun peserta lomba. Dari anak-anak hingga orang dewasa.
Saya tertarik memperhatikan bagaimana anak-anak begitu bersemangat menjadi peserta lomba maupun saat melihat temannya ikut berlomba.
Mereka terlihat bahagia saat bisa berlarian bebas di perayaan hari kemerdekaan. Meski sesekali mereka mendapat teguran dari orang tua yang khawatir anak jatuh karena berlarian.
Melihat kebahagiaan tersebut membuat saya penasaran seperti apa kiranya kemerdekaan di mata mereka? Apakah mereka tahu arti merdeka? Apakah yang mereka inginkan dari sebuah kemerdekaan?
Anak-anak merupakan bagian dari masyarakat yang kadang kita nomor sekiankan keberadaannya karena dianggap belum memiliki hak penuh sebagai warga negara.
Sehari setelah kegiatan tersebut, saya melakukan pendekatan kepada anak-anak tetangga dekat rumah dengan cara ikut bermain bersama mereka, setelah berdiskusi dengan anak-anak tentang apa yang akan kita lakukan hari ini ternyata mereka ingin melakukan kegiatan seperti lomba-lomba kemarin. Akhirnya kita bekerjasama untuk melaksanakan ide tersebut. Sekali lagi saya melihat mata mereka berbinar saat bermain bersama kawan-kawan dan itu membuat hati saya bahagia.
Setelah selesai kegiatan, saya pun kembali mengajak anak-anak untuk mengobrol tentang apa yang mereka rasakan setelah bermain. Seperti dugaan, mereka merasa senang bermain perlombaan meskipun tanpa hadiah.
Selanjutnya, saya ajak anak-anak untuk berdiskusi tentang apa sih hari merdeka itu?
Beberapa anak yang telah menginjak kelas 3 SD menjawab "hari merdeka adalah hari Indonesia bebas dari penjajah dan perang" hal ini benar adanya, namun apa arti merdeka bagi anak-anak.
Selanjutnya kuberikan gambaran bahwa merdeka adalah bebas, tenang, dan bertanggung jawab. Kita bisa makan dengan tenang tanpa takut kehabisan itu merdeka, kita bisa bermain dengan bebas itu juga namanya merdeka.
Lalu, aku bertanya kembali pada mereka, merdeka seperti apa yang mereka inginkan saat ini?
Lalu, mereka menjawab mereka ingin merdeka bagi mereka itu bermain dengan bebas tanpa banyak larangan.
Merdeka itu ketika bisa berkeliling, berlarian tanpa ada teriakan dari orang dewasa untuk menyuruhnya berhenti dan diam saja.
Merdeka itu ketika mereka bebas eksplorasi lingkungan tanpa ditakut-takuti bahwa di tempat itu ada ular atau hal berbahaya lain yang belum tentu ada.
Merdeka itu ketika mereka bisa naik-naik gundukan tanah/bebatuan tanpa diteriaki awas jatuh.
Merdeka itu ketika suara mereka didengar oleh orang tuanya tanpa dikata-katai kamu tidak sopan ya menjawab pertanyaan orang tua terus.
Ternyata, merdeka dalam dunia anak-anak itu sederhana, dan sebagai orang dewasa kita memiliki tugas untuk memberikan ruang kemerdekaan tersebut pada anak bukan malah menghalanginya dari jalan kemerdekaan.
Dunia memang kadang tidak aman bagi anak-anak, namun daripada melindungi anak-anak dari kenyataan dengan menakut-nakuti mereka, mengapa tidak kita bekali saja mereka untuk menghadapi dunianya?
Khawatir anak jatuh, maka temani mereka saat bermain. Pastikan lingkungannya aman untuk ruang mereka eksplorasi. Jangan sampai kita menyuruh anak untuk anteng dan diam saja tanpa memberikan mereka ruang untuk bergerak mengekspresikan dirinya di lingkungannya. Bukankah kita juga pernah jadi mereka? Lalu, kenapa saat dewasa kita menjadi egois terhadap mereka?
Sepertinya, memberikan ruang diskusi untuk mendengarkan pikiran dan perasaan anak-anak mnjadi pintu gerbang kemerdekaan jiwa anak agar dapat menyuarakan dirinya dengan baik. Dengan begitu, anak akan memiliki kemerdekaan atas dirinya.
Seringkali kita mendengar bangsa ini belum merdeka sepenuhnya, menurutku salah satu penyebabnya adalah karena sel-sel terkecil dari susunan negara ini belum mendapatkan kemerdekaan diri sepenuhnya.
Untuk seluruh anak-anak Indonesia, dariku: Eksplorasilah lingkunganmu, kenalilah alammu, jangan takut jatuh! Tuhan selalu bersamamu.
Merdeka!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar