Jumat, 05 April 2024

Saat Dunia begitu Berkilau di Mataku (Series: Griya Apik)


 

Tulisan ini dibuat oleh seseorang yang tengah insecure dengan pencapaian dirinya.

Ia mulai memasuki usia 25, namun hidupnya tak kunjung berjaya.

Melihat temannya, sudah banyak yang menikah bahkan menggendong anak kedua, hamil anak ketiga.

Teman lainnya, berhasil membeli mobil mewah dan rumah bak istana.

Teman lainnya, serasa mudah memiliki hektar tanah dan berbagai ukuran rumah.

BLUKK!!!.... ADUUH!..

Kakinya tersandung batu ketika ia berjalan mengitari gang sempit sambil memikirkan pencapaian temannya.

Rupanya, pikirannya terlalu jauh, hingga ia lupa ada batu yang berada dekat dengan kakinya.

Ia terduduk, mengaduh kesakitan. Aduhai sialnya nasib, bahkan batu saja membuat dia jatuh kali ini.

Sambil mengusap debu dari kakinya, 

datanglah seseorang, sambil menjulurkan tangannya, bertanya "Jatuh tah nduk?" suara beratnya mengisi ruang kosong di udara.

Sang gadis pun mendongak kemudian berkata "Inggih mbah..." 

"Ketok e, memar yo?"

"Inggih mbah, mboten nopo-nopo"

Ia pun mencoba bangkit berdiri dan berjalan, ternyata benar. Kakinya sulit diajak berjalan normal, sehingga ia berjalan sedikit pincang.

"Sungguh, hidup apalah yang kujalani ini? tak ada keberuntungan didalamnya" Gerutunya dalam hati.

Tiba-tiba.. tangan simbah tadi merangkul bahunya dan menuntunnya agar bisa berjalan lebih normal.

"Eh mbah.. ngerepotin"

"Ndak yo, urip iku yo urup nduk.."

"hehe.. iya mbah, maaf saya anak rantau disini, jadi bahasa jawanya hanya bisa sedikit-sedikit"

Simbah tersenyum, kemudian bertanya "Kos dimana?" "Anu.. mbah ini lagi cari-cari"

"pulang kuliah?" "Enggih mbah, barang-barang masih di kos lama, saya sedang cari kosan baru karena sewanya sudah hampir habis" "pas to iki"

"pas gimana mbah?", "Iki lho, mbah saiki dewe'an, anak-anak mbah sudah berkeluarga di luar kota, mbah buka kamar kos di rumah" 

"Wah... bener mbah? dimana mbah?" "niku yo telu uma meneh".

Ia merasakan kakinya berangsur normal mendengar simbah yang ternyata menyewakan kos untuk mahasiswi sepertinya.

Setelah berjalan 30 meter dari tempat jatuh, mata nya terbelalak, melihat rumah yang cukup mewah diantara rumah lainnya. Muka yang tadi semangat, kini sedikit melesu "rumah sebagus ini, biaya sewa nya berapa ya?"

Tertulis di depannya "Kos Griya Apik, khusus putri"

Ia pun sampai di ruang tamu, dan mulai mengobrol hingga sampailah momen dia menanyakan harga sewa kos di Griya Apik.

Simbah tersenyum, "Sewane mung cekap rong juta mangatus nduk sampun air,listrik, gas lan iuran RT"

"niku sebulan mbah?" Simbah menggeleng, "Setaun nduk.."

Matanya berkaca-kaca seperti mendapat sebongkah berlian. Tanpa pikir panjang iapun spontan menjawab "Mau mbah!"


----------------------------------------------------------To be Continued----------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar