*Polisi moral terbaik adalah anak-anak (to the point pisan wkwk, gaada prolog apa, okok)*
Jadi gini, seperti orang pada umumnya, aku membiasakan anak2 buat makan dan minum sambil duduk. Lalu, suatu hari satu anak mendapatiku sedang makan es krim tapi berdiri, lalu dia menegurku, seperti aku menegur mereka. Dia berkata "Tante ya, kalo makan berdiri atau duduk ya?"
Sontak aku langsung ingat persis seperti apa yang aku katakan pada mereka, dan mengakui "Oh iya, maaf ya Tante ya makannya sambil berdiri ya? Sekarang Tante ya duduk ya. Makasih loh udah diingatkan" jawabku. Dia pun tersenyum.
Trus apa hubungannya dengan anak sebagai polisi moral terbaik?
See... Anak2 menerima ajaran seseorang dengan murni dan tanpa ditambah s&k, klo kita sudah ajarkan dan contohkan minum dan makan itu duduk, maka mereka akan selalu mengingat nilai itu tanpa syarat, meski kdg anak2 lupa melakukannya Namun, anak akan mengingatnya. Anak usia 0-8 tahun umumnya memiliki nilai diri yg kuat, gak ada nego, A ya A, konsisten, gak boleh nawar.
Maksudnya gimana?
Jadi ktika diajarkan makan dan minum itu duduk, ya harus duduk gak bisa di tawar, misal sambil nyambi ngapain gitu jadinya makan sambil berdiri. Beda dengan org dewasa yg bisa memaklumi pelanggaran2 pada sbuah aturan. Makannya, kalo misalkan kita pernah ngingetin anak sesuatu, lalu nnti suatu saat peringatan itu balik ke kita. Kita ajarkan untuk menerima nasehat itu dgn cara mnerima masukannyaDan langsung memperbaiki kesalahan yang kita lakukan, itu bentuk pengajaran melalui tindakan.
Gausah kita tambah "Apa sih anak kecil, klo org gede boleh" "Kan aku lagi ngasih makan ikan juga, jadi makannya sambil berdiri" cukup dengar dan terima nasehatnya, itu bentuk menghargai dia. Dan apa yg didapat ktika kita menghargai anak? Dia akan mampu menghargai org lain juga, dia akan mendengar nasehat juga tidak mudah tersinggung ketika ada yg mengingatkan dirinya.
Anak perlu contoh gais bukan kritikus.
"Lah, trus kapan dong anak akan belajar memaklumi kesalahan?"
Pada dasarnya, semakin anak berkembang usianya, otaknya akan berkembang pula, yang tadinya belajar melalui apa yang dia lihat dan dengar (tahap operasional concrete), semakin bertambah dia mampu belajar ttg apa yg tdk dapat dilihat dan didengar (operation formal). Nnti anak akan memahami bahwa suatu aturan terkadang memiliki fleksibilitas dan tingkat kompromi. Di masa itu, anak akan mengerti bahwa terkadang aturan tdk selamanya baku, bisa berubah (Bahasanya masih ribet ya? :( )
Itulah pentingnya mendidik anak sesuai usia perkembangannya, biar pas. Knpa? Biar anak memiliki karakter kuat dan stabilitas diri yang baik. Biar anak tau aturan dan bagaimana bersikap di lingkungan masyarakat.
Ku kasih cntoh lg ya:
Jd suatu hari, aku sdang bermain dngan ponakan, lalu tiba-tiba turun hujan, auto kan gak mikir pake sendal siapa buat angkatin jemuran.
Nah, ktika aku mmakai sendal orang lain (meski milik kakak) dia brkomentar "Kok, Tante ya pake sendal orang lain? Kan punya sendal sendiri?"
Aku pun jawab "Oh iya ya, harusnya tadi pakai sendal sendiri :(, masalahnya tadi buru-buru jadi gk liat pake sendal pnya siapa :( Apa Tante ya perlu minta maaf ke om ___?" Anak diam sebentar dan menjawab "Iya, bilang ya hujannya udah duluan sih", akhirnya aku minta maaf ke kakak (yg tentu saja mmaafkan wkwk) mendapatkan jawaban itu aku bersyukur, artinya nilai kepemilikan sudah tertanam dan dia tidak akan melanggarnya kcuali ada hal mendesak.
Masak sih anak bgitu? Di aku engga ah, dia gak tau aturan. Eits.. tunggu dulu, sbelumnya dibiasakan gak? Dicontohkan gak?
Perilaku anak adalah cerminan lingkungan terdekatnya, klo lingkungannya kondusif, maka kepribadian anak pun akan kondusif (kcuali ada kbutuhan khusus, ini beda lagi ya).
Perilaku anak adalah cerminan lingkungan terdekatnya, klo lingkungannya kondusif, maka kepribadian anak pun akan kondusif (kcuali ada kbutuhan khusus, ini beda lagi ya).
Anak adalah pengingat kuat, peniru ulung, dan petualang sejati.
Tindakan yang ditampilkan dalam keseharian, akan menjadi pengajaran bagi anak untuk bersikap dalam kesehariannya pula. Pernah dengar kata filsuf "Suara anak = suara Tuhan" karena ia lahir dari kemurnian hati seorang manusia.
Kehati-hatian dalam bersikap adalah Ajaran dasar. Kalau anak terbiasa hati-hati, mereka tdk akan smena2 pada diri maupun makhluk lainnya. Punya cerita yg ingin didiskusikan?
(Trus, klo anaknya udh biasa gak taat aturan, gak dikenalin ini itu dsb gimana? Butuh bahasan utuh tersendiri supaya komprehensif)
Sekian caprukanku.
#randommidnightSW today.
#HanyaTayangTengahMalam
#SepenggalKisah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar