Selasa, 18 Juli 2023

Tutorial mudah menyengsarakan diri sendiri


Kutipan berlatar belakang biru adalah sw dari teman lamaku yang saat ini sangat tepat untuk refleksi diriku. Tertampar dahsyat rasanya ketika melihatnya.

Hari ini, aku merasakan getah dari sebuah kecelakaan bernama "Tidak Bertanggung Jawab" dengan sepenuh hati.

Sebelum pandemi, semua terasa lancar dan have fun menjalaninya. Tiba-tiba pandemi datang dan membuat orientasi hidupku berubah. Aku yang dulu semangat bukan main, perlahan terpuruk dalam kebisingan pribadi. Sayangnya, amanah masih ada di pundak. Sekuatnya diselesaikan. 

Dalam perjalanannya, banyak menemukan kebutaan dan ketidaktahuan namun juga kebingungan untuk mencari tahu, padahal semua jawaban ada di depan mata, tinggal satu, mau komunikasi atau tidak. Hari ini, aku menyadari betapa jauh aku tergelincir dalam sifat yang sungguh tidak dapat dijadikan teladan untuk siapapun.

Dalam satu waktu, aku merasa mampu. Ternyata aku hanya abu yang terus saja membisu, hanya bergulat dengan pikiran-pikiranku yang stuck saja begitu.

Hari ini ku sadari banyak hal. Ada hal di luar kapasitas yang sebaiknya memang mesti ditanggalkan dengan segera pada waktunya.

Sifat terburu-buru, ingin cepat selesai, dan lain sebagainya menghantuiku saat ini. Ribuan perasaan bersalah datang menghunjam. Akankah ada waktu untuk perbaikan? 

Lekas padam, ternyata waktuku hanya ada 6 bulan. Dahulu, rasanya hidup mudah-mudah saja tanpa ada lika liku yang berarti, saat ini, semua terkuak, ketika memilih jalan yang mudah maka bersiaplah untuk menemui jalan susah setelahnya. 

Latihan dan bertahan, harusnya menjadi prinsip dan motto ketika dijatuhi amanah meski ringan, sedang, apalagi berat.
Jadi pengecut pun bukan pilihan, lari dari kenyataan bukan jalan. 

Hadapi saja apa yang ada di depan mata, sambil berdoa bahwa Tuhan tak akan memberi ujian di batas kemampuan hambanya. Dan sesungguhnya apa yang tengah dihadapi saat ini adalah buah dari apa yang telah dilakukan sebelum-sebelumnya. 

Banyak orang mendukung untuk tidak selalu menyalahkan diri sendiri. Selalu mencoba untuk tidak melakukannya adalah hal sia-sia. Karena memang sumber masalahnya ada di tempat yang sama. Semuanya, tanpa sisa, ku borong kesalahan2 itu. 

Berminggu-minggu berlalu, bukan berkurang namun semakin rindang. Dampaknya bukan hanya diri sendiri, namun juga teman yang selalu membersamai. 

Aku tahu, ini terlambat, menyesal tidak pernah selalu di awal. 
Banyak jalan menuju mudah, namun bukan jalan mudah yang selalu dipilih. Kadang, jalan sulit perlu di tempuh untuk menyederhanakan proses rumit dan menjadikannya komit bukan sekedar pamit.

Aku tahu, kesalahan terjadi karena aku yang tidak pernah mau mendengarkan, belajar dan memahami kembali tugas pokok dan fungsiku. 

Jauh..  jauh.. dari masa depan. Namun ku harapkan, aku masih memiliki waktu untuk perbaikan. 

Tak sabar untuk terbuka, tak sabar untuk menyelesaikan perkara. Meski nanti, hukuman yang kudapatkan, aku akan menerimanya dengan lapang dada dan menjalankan sekuat tenaga. 

Aku tahu, ini akan sangat berat, namun.. kutahu aku mampu jika bersungguh sungguh. Entah, keputusan mana yang akan diambil untuk menghidupkan kembali citra. Namun, ku tahu, kebersamaan mampu mengatasi itu semua. Aku tahu, aku masih punya harapan di masa depan, tinggal komitmen dan yakin serta belajar dari kesalahan untuk kembali pada jalan kebenaran.

Untuk diriku, jangan pernah tidak bertanggung jawab pada amanah yang disematkan pada dirimu, all is well asal kamu mau do it well. See you!

Sadari amanahmu! Tentukan langkahmu! Berdoalah semoga amanah dan langkahmu ada temu yang tepat untukmu belajar dan terus belajar rasa tanggung jawab!
Hargai juga orang-orang yang ada disekitarmu!! 

Catatan sang Pendosa


Hati merupakan suatu bagian tubuh manusia, yang jika bagian ini baik maka akan baik seluruhnya. Namun, apabila bagian tubuh ini tidak baik, maka akan tidak baik seluruhnya. Oleh karena itu, kita diminta untuk berhati-hati dalam menjaga hati.

Hati adalah sebuah anugrah dari Allah untuk manusia agar dapat menjalankan kehidupannya sesuai dengan tugasnya sebagai manusia dan Hamba Allah. 

Hati yang bersih akan dapat melaksanakan kebaikan-kebaikan dengan ringan dan Istiqomah. Sebaliknya, hati yang kotor akan menjadikan diri berat dalam melakukan amal-amal kebaikan meskipun amal kebaikan yang kecil.

Kesadaran menjaga hati perlu dilakukan setiap waktu. Oleh karena itu, Allah SWT senantiasa menyeru pada hambanya untuk selalu memohon ampun kepadaNya, karena sesungguhnya seluruh manusia ada dalam kesesatan nyata kecuali orang-orang yang Allah kehendaki beri petunjuk untuknya. Maka, selalu meminta pertolongan dan petunjuk dari Allah SWT adalah hal yang utama.

Rasulullah, utusan Allah yang telah mendapat jaminan masuk syurga saja, beliau melaksanakan kewajiban kepada Allah dengan maksimal. Sedangkan kita, ummatnya yang manusia biasa masih sering bermalas-malasan untuk beribadah. Lantas, apa yang kita dapat tampilkan kelak di hadapan Allah?

Allah maha pengasih, penyayang dan pengampun.
Rahmat Allah begitu luas bagi hambaNya yang percaya. Hingga Allah berfirman meskipun dosamu bagai buih di lautan, sesungguhnya Ampunan Allah lebih luas. Oleh karena itu, jangan berputus asa dari rahmat Allah. 

Pancaran hati yang bersih, akan terlihat pada wajah seseorang. Orang-orang yang berhati mulia biasanya memberikan getaran positif bagi orang-orang disekitarnya. Yang mana, atas kehendak Allah lah, pancaran keimanan tersebut muncul di wajah seseorang. 

Sebagai pendosa, saya baru menyadari yaAllah, mengapa saya merasa jelek secara fisik, bukan karena penciptaan Allah yang tidak bagus. Tapi, karena saya yang kurang mendekatkan diri pada Allah dan berserah diri padaNya.

Semester 1, 2 masih merasa dekat dengan Allah, dan pertolongan Allah selalu ada bahkan hingga sekarang.

Namun, di semester akhir kuliah ini saya menyadari banyak kesalahan dan dosa-dosa yang saya buat telah merusak tatanan hidup bumi. Baik bagi sebagian orang maupun untuk diri saya sendiri.

Saya takut, dan saya terlambat menyadari bahwa setiap apapun amal, sekecil apapun mau buruk atau baik tidak akan pernah luput dari pengawasan Nya. Saya terlambat menyadari bahwa Allah benar-benar maha pengatur yang Adil juga pelaksana hakim yang paling adil. 
Berserah diri padaNya setelah berusaha adalah tugas kita sebagai manusia. Bukan hanya mengeluh lalu berputus asa, itu adalah ciri-ciri orang yang malas dan Allah tidak menyukai orang-orang pemalas.

Saat ini banyak sekali yang ada di fikiranku, rasanya ingin sekali mencatat satu persatu kejahatan/kerusakan dan kelalaian terhadap apa yang menjadi kewajibanku hingga saat ini.

Ternyata, banyak sekali hal yang aku lalaikan mulai dari tanggung jawab kecil hingga tanggung jawab besar. Semuanya amanah dan aku tidak sanggup bila menebus kesalahan satu persatu atas dosa-dosaku. Aku tidak mau masuk neraka. 

Seringkali Kita merasa kasihan pada orang lain karena berbuat zalim pada diri kita, nyatanya diri kita lah yang paling layak dikasihani, barangkali lebih banyak diri kita yang terlalu abai pada kewajiban2 sebagai Hamba. 

Minggu, 16 Juli 2023

Berpuisi (MEMBIRU)


[[MEMBIRU]]

 Luka yang lalu masih membiru,

Hendak protes pada waktu
Hanya berakhir semu
Syukur syukur syukur
Sabar sabar sabar
Obat terbaik
Ilmu tingkat tinggi
Perlu latihan tiap hari
Sabar syukur
Di setiap keadaan.

Usaha memang utama
Doa pelengkapnya
Jangan berhenti.
Tenang,
semua hanya sementara
Tak ada yang abadi.

Tetiba teringat kutipan dari buku Api Tauhid, karya Habiburrahman El Shirazy
Tidak ada yang layak dibenci kecuali 'Kebencian' itu sendiri
Dan tidak ada yang layak di cinta kecuali Cinta itu sendiri.

Jadi, bencilah kebencian, Cintailah Cinta. Jangan lupa Basmallah yang akan jadi pangkal kebaikan permulaan segala urusan.
Bismillah...

-ElKa-

Sabtu, 15 Juli 2023

Puisiku yang tak sampai kepadamu (edisi kumpulan puisi jaman alay yang belum terpublish)

 



Kasih Terselubung

Silam sudah  rasa menepi

Menepis kisah yang  menyepi

Menangkis rindu kala kemari


Jauh mata memandang

Teduh hati mengundang

Gundukan resah hilang

Bersamamu cemerlang


Mengintai lubuk terdalam hatimu

Menguntai kalimat dalam hatiku

Adakah Aku dalam pikiranmu?

Bisakah ku warnai harimu?

Layakkah cerita kita bertemu

Layakkah kasih kita berpadu

Layakkah kisah ini jadi satu?

Meski perasaanku terselubung

Kuharap doaku dapat terhubung

Dariku bungsu, padamu hai sulung.


Rehat Sejenak

Tumpah ruah keluh tak tertahankan

Menyapu ruam singgah berhalaman

Menyapa runyam tanpa pengalaman

Menyerah ruas tanpa berpegangan

Menyadarkan sendi pilu berbenturan


Tubuhku penuh sesak teramat

Bagai terikat teluh keramat

Perih panas memenuhi dada

Bagai tersengat terik sang surya

Melihatmu dengannya, perih menerpa

Tegamu tak pernah kudamba

Kau yang selalu bersama

Kini tak lagi pernah bersua

Luka hinggap bersejajar senja

Memadamkan fajar tak lagi indah

Ikhlas kini masih dalam helaan

Memahami pedih tak tertahan

Pikirku runtuh dirundung perasaan

Kau benar wahai tuan

Cinta tanpa iman

Hanya serpihan

Tersapu harap hampa

Terbuai rayuan nestapa

Tersingkir dusta belaka

Menghilang tertiup kenang

Menyayat setipis benang

Benang tanpa kain tertenun darinya

Membuahkan luka

Menghambakan hampa…


Sahabat Terkasih

Gema tawa kita begitu renyah

Tentu hanya kita yang paham artinya

Tipis humormu, juga humorku

Menyatu dalam talian komedi lucu

Tawa kita begitu seru

Pun tangis kita begitu sendu

Percakapan  mata yang menyentuh hati

Memberi ruang energi terbarui

Kau dan aku yang saling berkabar

Penghabisan waktu yang terus berputar

Sedih tawamu yang menular

Mengisi sudut rasa terantar

Meski banyak rasaku terlantar

Tak ku asuh bagai tak berperasaan

Tak ku aku, cukup  persahabatan

Sahabat terkasihku…

Saat pergi bersamamu, aku suka

Saat bertukar cerita, aku suka

Saat kau teduhkan rasaku, aku suka

Saat kau terangkan gelapku, aku suka

Saat kau menatapku, aku jatuh

Apakah kamu juga?

Pertanyaan pilu yang selalu tak mampu

Tak mampu kutanyakan padamu

Hanya menerka rasa  yang kau tuangkan

Menerjemah indah pada kalam kenangan

Tak mengapa balasan rasa hanya hayalan

Tak mengapa bila kau tak rasakan

Tak mengapa bila hanya prasangkaan

Tak mengapa, kukubur rasaku padamu

Demi melihatmu bahagia atas pilihanmu

Tak Mengapa sahabatku

Aku takkan menunggu


Bila sudah waktuku

Kan kutemukan layaknya dirimu 

Selamat atas pilihanmu

Semoga bahagia selalu!


Simpanan Rindu

Lantunan doa yang mengudara

Alunan harap yang mengembara

Tercuat mesra merayu semesta

Tanpa tercampur aroma dusta

Tersapa kalbu yang temaram

Menggeliat tenang seteduh malam

Menderap maju harap berpangkuan

Menyusup hening dalam dambaan

Menyusun rindu berkepanjangan

Menguak rasa takut kehilangan

Kepingan rindu kupungut satu persatu

Menguntai kasih yang tak kunjung berpadu

Wahai kau muara simpanan rindu

Mutiara kasihku tertuju padamu

Jauh kau berkelana tak  mengapa

Asalkan kelak bersama

Memecah simpanan rindu

Cinta kasih yang akan berpadu

Dalam izin Tuhan yang satu

Salam rinduku padamu

Tuanku 



Es Krim Waktu Itu

Detik waktu yang menderu

Mengabarkan sesuatu

Ku buka mantel tebalku

Kugantungkan pada tiang harapan

Ku pakai kaus tipisku

Berharap gerah ini segera berlalu

Teng…teng..teng..teng

Suara apa itu?

Ah pedagang es krim tiap minggu

Datang kembali tanpa bertemu

Terbayang satu ingat dalam kalbu

Senyum tersimpul tersapu malu

Menemukanmu di kala rindu

Mengapa masih saja ku takut

Takut akan menyapamu

Tak berdaya berkata

“Mas, es krimnya satu”

Hanya karena dirimu pun ada disitu


Ingatkah kau es krim waktu itu?

Deskripsi tepat untukmu

Dingin yang mempesonaku

Terpengaruh lelehan tatapanmu

Terperdaya senyum manismu

Duhai es krim waktu itu

Meski tak mampu ku nyatakan

Senyum ini akan ku simpan

Hingga waktunya bersamaan

Kau dan aku  bergandengan



Menonton Permainan Tradisional Malam Hari di Rumah Nenek

 


Gambar ini memiliki atribut alt yang kosong; nama berkasnya adalah 0a0197e7c16085fdfb4f28096b2d381a.jpg
https://yooericpaige.blogspot.com/2022/09/permainan-tradisional-clipart.html

Rumah nenek merupakan salah satu destinasi yang sering dijadikan anak-anak untuk meghabiskan liburan sekolah. Rumahnya yang sederhana, dengan halaman luas di depannya serta jauh dari gedung-gedung kota membuatku terkadang merindukannya.
Sekarang, memoriku berputar pada kejadian saat diriku kelas 5 SD dahulu.
Liburan semester sekolah, membuatku ingin menginap di rumah nenek, karena disana aku dapat bermain sepuasnya di halaman yang luas juga bereksplorasi di kebun tetangga yang banyak pohon buahnya.

Sebagai anak yang baik, aku meminta izin terlebih dahulu pada ibuku untuk pergi ke rumah nenek bersama kakak perempuanku, ku memanggilnya Nunung. Ibuku mengizinkan kami karena jarak rumah nenek tidak terlalu jauh, hanya perlu naik satu kali angkot, lalu sisanya berjalan kaki sejauh 1,2 km.

Singkat cerita, sampailah Nunung dan Aku di rumah nenek atau kupanggil dengan sebutan "Mide" pada pukul 9 pagi di hari sabtu. Pada saat disana, tidak kujumpai bang Toyib, dia adalah kakak laki-lakiku yang memang tinggal disini. Kata Mide, bang Toyib sudah berangkat pagi-pagi ke tempat kerjanya. Tentu bukan masalah, karena aku sedang tidak mencari bang toyib, melainkan sepupu bernama Liza untuk bermain bersamaku.

Sedangkan Nunung, asik membantu Mide yang sedang menggoreng kerupuk untuk selanjutnya dibungkus lalu dijual ke warung.

Tak terasa, waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB, hari sudah mulai sore. Panggilan "Heyy.. wis sore, gagean pada adus dikit, delat maning ngaji" (Heyy.. sudah sore, cepatlah segera mandi, sebentar lagi waktunya ngaji) oleh para Ibu kepada anak-anaknya mulai terdengar, tak terkecuali kepada Liza dan Aku.
Akupun menyambut panggilan itu dengan langsung berhambur lari ke rumah Mide, dan Liza kembali ke rumahnya yang berjarak 3 rumah saja dari rumah Mide.

Jujur saja, aku sangat menyukai suasana menjelang maghrib dan waktu malam di rumah nenek. Di malam hari, aku dapat mendengar nyanyian alam seperti suara jangkrik, tongeret, dan lain-lain yang mulai bermunculan sejak matahari tenggelam.

Agenda sore anak-anak adalah mandi lalu pergi ke masjid untuk shalat dan mengaji. Namun, karena aku bukan warga asli situ, selama sore menjelang maghrib aku hanya berdiam diri di rumah sambil sesekali melihat dari balik jendela hilir mudik anak-anak dan orang tua menuju masjid.

Sayup-sayup suara Adzan mulai menggema, menambah khidmat senja di kala itu. Waktupun beranjak menuju Isya, Aku mulai bosan memperhatikan jendela ruang tamu dan memutuskan bergabung ke ruang tengah ikut membantu Mide dan Nunung membungkusi kerupuk satu demi satu sambil mendengar petuah dan cerita mide kepada cucunya.

Pukul 9 malam, suasana rumah makin sunyi sepi, ditambah bang Toyib yang belum pulang sejak sore tadi. Kata mide, bang toyib ada lemburan jadi pulang jam 1 malam. Setelah makan malam, Nunung dan Aku menuju kamar tidur dekat dengan halaman luas dengan beberapa pemandangan rumah tetangga, Hordeng mulai ditutup dan aku pun mulai menutup mata untuk tidur. zzzZZZ

Saat mulai tertidur, sayup-sayup suara anak kecil yang sedang berlarian di luar rumah terdengar sangat jelas di telinga, hingga aku pun terbangun dan membuka jendela, untuk menjawab rasa penasaran dengan apa yang kudengar barusan.

Aku menghela napas lega. Pantas saja ramai, dari balik jendela kamarku, Aku melihat banyak anak-anak keluar rumah untuk bermain di halaman dan orang tua yang mengobrol di teras, serta pedagang yang memanggul jajanan. "Wah.. pantas saja ramai, anak-anak lagi main" sahutku dalam hati yang masih dalam keadaan setengah sadar.
Kemudian, kubangunkan Nunung agar mau mengajakku keluar rumah dan bergabung dengan mereka.
Bermain malam-malam? Pasti seru! pikirku. Nunung terbangun, namun dia tidak berminat keluar rumah, dia lalu menyuruhku untuk tetap dikamar dan lihat dari jendela saja.
Aku menggerutu, "Kita kesini kan buat liburan, masa' engga mau diajak seru2an" Kilahku. Nunung pun hanya ikut menyaksikan sebentar dari jendela lalu tidur lagi.

"TOK…TOK..TOK…" Tiba-tiba suara pintu berbunyi.
Wah.. Ini pasti Bang Toyib pulang, akhirnya ada yang bisa ku ajak untuk ikut main keluar, seruku dalam hati.
"Assalamualaikum…"
Suara salam memperjelas yang mengetuk pintu adalah bang Toyib,
Aku pun berlari menuju ruang tamu lalu membuka pintu sambil menjawab salam.

Aku menyalami bang Toyib yang baru pulang dari kerjanya.
Tapi tunggu! Ada yang berbeda, pandanganku pun meraba dan menyapu halaman luas yang ada di depan mataku, karena pintu ruang tamu arahnya sejajar dengan halaman yang tadi kulihat dari balik jendela.
Aku terdiam.
"Cari apa?" tanya bang Toyib padaku. Buru-buru aku menutup pintu, tidak menjawab bang Toyib dan kembali tidur di samping Nunung.

~Keesokan Hari~

Liza mengantar sarapan kami di pagi ini, hari Minggu.
Belum sempat Liza menaruh makanan di meja, Aku langsung menanyainya banyak hal, karena tidak terima saat malam hari dia tidak mengajakku main seperti anak lainnya.

"Liza… waktu malam kok aku engga di ajak main sih! Sampe semua selesai masuk rumah, kamu gak ngajak main!"
"Hah? Apaan sih?" jawab Liza dengan muka sinis.
"Tadi malem aku tidur, terus bangun liat anak-anak rame pada main sampe ada pedagang segala" nada sewot
"Orang aku gak main semalem!" sergahnya.

Bibiku yang mendengar keributan kami segera datang,
"Kenapa ini pagi-pagi sudah berantem?"
"Itu Bi.. Liza curang, semalem main kok gak ajak Aku, kan Aku kesel!" aku mengadu,
"Lah.. lah… emangnya siapa yang main malem-malem?"
"Ya.. anak-anak sini lah"
"Kamu tuh kayak engga tau aja, anak-anak disini udah masuk rumah sejak maghrib, engga ada itu main malem-malem, ngarang"
"Lah… masa? Jadi yang kuliat tadi malem siapa dong?"
"Ya gak tau, sendakala mungkin" Jawab Bibiku dengan entengnya.

Lah… Pantas saja, saat membukakan pintu untuk bang Toyib aku merasakan dingin yang berbeda, juga halaman luas yang kosong. Saat itu Aku hanya berpikir permainan sudah berakhir, tapi ternyata nihil.

Sampai hari ini pertanyaannya masih sama, Jadi pemandangan yang kulihat, dan suara yang kudengar waktu itu apa ya?

Jumat, 14 Juli 2023

Merenungi Perkataan Hakim dalam Persidangan Haris-Fathia yang dianggap Seksis dan Misoginis dari sudut pandang mental health survivor.





 

Persidangan Haris-Fathia mengandung momen riuh dalam prosesnya. Mengutip berita dari idntimes, semua berawal dari Hakim di sidang tersebut yang meminta agar salah satu kuasa hukum bersuara lebih keras di persidangan. "Saudara jelas pertanyaannya, Saudara pakai mic lho, yang jelas! Suaranya kan seperti perempuan gitu lho, tolong keras sedikit," ujar Hakim (6/8/2023). Rupanya,kalimat yang dilontarkan tersebut diduga bernada seksis. Pernyataan itu menuai protes dan mendapat sorakan dari pengunjung sidang yang hadir.

"Saya keberatan jika majelis mengatakan demikian, mohon dicabut tidak mengatakan suara seperti perempuan," kata salah satu kuasa hukum terdakwa Haris dan Fatia. Haris Azhar juga langsung berdiri dan merespons perkataan tersebut. "Jangan gunakan perempuan untuk menggambarkan sesuatu yang lemah" kata Haris.

Potongan video yang beredar di sosmed mengabadikan momen saat hakim diduga melontarkan pernyataan yang diduga seksis dan misoginis, dalam video tersebut kita dapat mendengar sorakan pengunjung sidang yang tidak terima terhadap pernyataan hakim. Kurang lebih kata-kata seperti ini “Anda jangan merendahkan perempuan, saya perempuan, ibu kita semua perempuan”, bukan hanya dalam video. Pada kolom komentar pun, netizen menyayangkan sikap hakim yang berkata seperti itu dengan komentar kurang lebih seperti ini,

“Kenapa sih?”, “Gak tau aja suara emak2 kalo manggil anaknya, bisa kedengeran satu erte”, “Apa sih menyamakan suara kecil dengan perempuan!!” dan lain sebagainya.

Saya tersenyum saat membaca komentar pada postingan tersebut, yang banyak diisi oleh perempuan dengan nada berapi-api (dilihat dari tanda baca dan emotikonnya yang banyak menggunakan tanda seru dan api).

Sebagian komentar mempertanyakan mengapa suara kecil disamakan dengan sifat perempuan yang lemah? Ataupun menunjukkan ilustrasi kejadian tentang suara perempuan yang keras hingga dapat terdengar satu erte.

Baik, izinkan saya menuliskan hasil perenungan dan respon saya sebagai perempuan terhadap lontaran kata yang dianggap seksis dan misoginis. Tentu, pendapat saya ini diluar kasus dan latar belakang dari semua yang terlibat di persidangan. Saya hanya ingin mengajak teman-teman perempuan saya merenung bersama tentang seksis dan misoginis.

Menurut berbagai sumber, seksisme adalah diskriminasi berdasarkan gender atau pemikiran yang percaya bahwa suatu gender itu lebih superior dibandingkan gender lainnya (utamanya biasa dialami perempuan). Sedangkan, misogini adalah bentuk diskriminasi terhadap gender perempuan yang melibatkan kebencian.

Saya sangat tertarik untuk menguliti dua ungkapan, yang pertama ungkapan hakim tentang “Saudara jelas pertanyaannya, Saudara pakai mic lho, yang jelas! Suaranya kan seperti perempuan gitu lho, tolong keras sedikit” dan ungkapan "Jangan gunakan perempuan untuk menggambarkan sesuatu yang lemah".

Saat saya dulu masih menjadi simpatisan gerakan feminis, tentu saja kuping saya panas jika mendengar ungkapan-ungkapan yang seperti merendahkan perempuan. Jika saya ada dalam diri saya beberapa tahun lalu, saya pun akan bertanya mengapa suara perempuan digambarkan sebagai sesuatu yang lemah yang pantas ditindas dan tidak didengar suaranya. Sungguh menyesakkan perasaan saya sebagai perempuan.

Namun, respon saya sekarang berbeda setelah saya mendalami bidang kesehatan mental dan juga beberapa Teknik terapi penyembuhan luka psikis yang aplikasikan untuk diri saya sendiri. Saya menyadari betul bahwa besar kemungkinan pertanyaan-pertanyaan kenapa di atas berasal dari luka hati saya sendiri yang belum sembuh terutama luka karena kecewa terhadap sosok laki-laki entah itu yang berstatus keluarga maupun non-keluarga.

Mari saya ajak dalam percakapan dengan diri saya sendiri yang menyertakan perbedaan sudut pandang antara diri saya yang dulu dan yang sekarang. Berikut percakapannya:

“Hakim bilang suaranya kurang keras kayak perempuan, lalu direspon dengan “Jangan gunakan perempuan untuk menggambarkan sesuatu yang lemah!” Iya, kenapa sih perempuan seringkali digambarkan sebagai pihak yang lemah?”

“Sebenarnya, tidak ada masalah apa-apa dengan perempuan dan kata lemah, adapun keterkaitan suara yang kecil (tidak terdengar) dianggap sebagai kata yang diskriminatif terhadap perempuan, ini hanyalah persoal persepsi dari diri kita sendiri. Jadi, bukan kenapanya, tapi ada apa dalam diri saya, kok dibilang lemah aja sewot? Apa jangan-jangan ternyata ada luka terhadap laik-laki yang belum sembuh? Ataukah kita sebutuh itu akan validasi tentang kuatnya perempuan?”

“Kan saya tanyanya kenapa, mbok ya dijawab karena… gitu lhoo..emangnya kenapa kalo suara kurang keras dibilang kayak perempuan? Emangnya perempuan harus selalu lemah?”

“Gini… gini… Hemat saya, jawabannya adalah sesimpel: Karena perempuan itu engga mau dibilang lemah dan merasa kuat atau bahkan lebih kuat dari laki-laki. Padahal jika memang kuat, sebenarnya kita juga kuat terhadap perkataan apapun, tidak perlu memikirkan atau memasukan kata-kata tersebut ke dalam hati. Toh, seribu kata lemah yang disematkan pada perempuan tidak akan ada yang bisa mengubah satu kenyataan bahwa perempuan memiliki kekuatan lebih untuk dapat melahirkan bayi manusia ke dunia ini yang menandakan perempuan adalah makhluk yang kuat. Pun jika perempuan merasa lebih kuat, maka ini termasuk dalam seksisme terhadap laki-laki, hayo lo? Bingung kan hihi ”

“Tapi emang suara perempuan itu lemah?”

“Hmmm.. mungkin bukan lemah dalam arti sebenarnya, maksudnya dalam suara biasanya sosok perempuan memang lemah lembut bukan? Bukan lemah loh ya alias gak punya kekuatan. Justru salah satu kelebihan perempuan ada pada sifat kelemah-lembutannya dan itulah kekuatan dari perempuan. Kebayang gak kalo di rumah kita ada ibu yang setiap harinya pasang muka sangar tanpa senyum, bersuara keras dan suka berteriak. Akankah hidup kita tenang? Akankah kita punya tempat teraman dan ternyaman saat terkena badai kehidupan di luar rumah?”

“Tapi kan engga semua ibu lemah lembut, bahkan ada yang kasar dan garang”

“Nah, itu lain lagi, sepengalamanku menjadi asisten terapis luka psikis biasanya ibu atau perempuan yang seperti itu memiliki luka masa lalu yang belum selesai, karena by defaultnya perempuan memanglah lemah-lembut”

“Berarti kalau perempuan lemah lembut by default, apakah laki-laki keras dan garang by default?”

“Bukan pulak berarti kasar dan garang bisa disematkan pada laki-laki, ini bab lain lagi pembahasannya. Kita kan lagi bahas bab perempuan. Tapi kalau mau singkatnya, ya tentu saja mau laki-laki atau perempuan pada dasarnya baik dan kepribadian dan karakter garang dan sebagainya bukan by default, banyak faktor penyebab dari terbentuknya suatu karakter pada manusia”

“Hmm.. Kamu sekarang kenapa jadi engga benci sama pernyataan yang seksis, bukannya dulu kamu benci sekali dengan kata-kata yang seksis dan juga perilaku misoginis?”

“Iya, itu dulu. Saat aku bermental korban karena selama belasan tahun menjadi korban pelecehan. Dan saat ini, setelah melewati berbagai terapi untuk memaafkan dan berdamai dengan luka masa lalu, perasaan benci itu pun luntur dan itu lebih menenangkan sudut pandangku dalam memandang sesuatu. Bisa dibilang, logikaku lebih jalan ketimbang hanya mengdalkan sisi emosionalku saja”

“Lalu, apa pesanmu padaku?”

Pesanku padamu adalah jika terlihat ada yang salah dengan dunia. Langkah pertama bukanlah menyalahkan keadaan dan lingkungan, namun terima dulu apa adanya, tenangkan dirimu, barulah kamu bisa merespon keadaan dengan lebih bijak. Jangan sampai lukamu diatas masa lalu membuatmu buta akan indahnya masa depan yang masih bisa ditata. Meski kamu korban di masa lalu, di masa ini kamu punya kendali atas dirimu. Berhentilah merasa direndahkan, dijatuhkan, ingin dijunjung, ingin dimengerti. Mulailah, memahami dirimu agar tak lagi meminta validasi dari lainnya. Kamu boleh jadi korban tapi jangan pelihara mental korban. Kamu itu cukup.

Ingat selalu ini, ketika kita mendengar perkataan yang melukai hati, maka interopeksilah diri mungkin saja ada luka dari masa lalu yang belum kita damaikan saat ini, ataupun mungkin saja ada kekosongan figur ayah yang belum terisi dalam jiwa ini, sehingga memunculkan sikap sensi dan  kurang percaya diri sampai haus akan validasi.

Sekian saja renunganku hari ini, jika ada yang pas semoga mengisi kekosonganmu, pun bila tidak pas semoga tidak membuat kupingmu panas.

Salam sehat lahir batin hehehe