Kuceritakan peristiwa ini untukmu yang sedang berada di titik 'merasa bersalah', sebersalah bersalahnya, merasa 'tak berguna', 'tak waras', selalu merasa 'gelisah' bahkan merasa tak layak disebut sebagai 'manusia'.
Rasanya perasaan itu terus hadir dan menyelimuti hari-harimu, bulan-bulanmu bahkan tahun-tahunmu dan kamu tak pernah tahu kapan semua perasaan itu berakhir dan menemui ketenangannya.
Rasanya, hari-hari mulai mengabu, bahkan gelap.
Tiada lagi warna dunia yang dapat kamu lihat.
Putus asa sepertinya jalan satu-satunya, karena semua usaha terasa percuma.
Rasanya bercerita, tak lantas membuatmu lega.
Berkonsultasi pada ahlipun tak membuatmu segera melihat solusi.
Gelap! Bingung! Sepi!
Semua teraduk dalam ruang hati yang rasanya ingin diledakkan saja saat ini.
"Mual", "muak", bukan kata yg tepat untuk menggambarkan perasaan kacau ini.
Tak ada yang dapat menggambarkan perasaan ini.
Kurang lebih rasanya seperti teriris sabetan pedang, perih, berontak tak tertahankan.
Ingin bicara, namun yang timbul hanyalah kekhawatiran.
Otak ini rasanya kosong dan terhalang tembok besar.
Kemana semua Ilmu selama ini? Ah.. benar, rasanya lebih baik mati!
Bahkan 'ibadah' yang katanya menenangkan, kini berubah menjadi sebuah kegelisahan, dan berattt sekali untuk ditunaikan. Lalu, apa gunanya jika hidup dengan segala rasa tak jelas ini? Ramai oleh perasaan riuh gemuruh yg kian meruntuhkan pertahanan logika dan rasamu.
Sampai-sampai kamu tak lagi dapat menjelaskan isi hatimu dengan kata-kata, hanya air matamu yang kini jadi bahasa.
"Sekarang kamu maunya apa?" Tanyaku.
'Aku ingin mati saja' jawabmu.
'Oke, silahkan coba' kataku mempersilahkanmu.
--suasana hening--
'Silahkan saja kalau kamu mau mati lebih cepat, atau mau kubantu? Silahkan cari caranya di Youtube, Google, semua platform media. Cara bunuh diri yang tidak menyakitkan, karena aku ingin kamu mati dalam tenang, bukan dalam kesakitan" tambahku menjelaskan padamu.
Lalu kamu mematung dan kembali menangis.
'Berikan HPmu, biar Aku saja yang mencarikan caranya. Teman itu harus membantu sampai akhir' kataku sambil mengambil hp dari tanganmu.
'Kamu gila!" Sergahmu sambil setengah teriak.
"Hmmm.. sebenarnya kali ini, aku tidak benar-benar mencari caranya, karena aku tau ada seseorang yang pernah mencoba searching hal itu, kemudian mencobanya, ternyata semua cara yang dianggap 'tidak sakit' rasanya tetaplah sakit. Mencoba mati sebelum waktunya, itu sungguh menyakitkan!"
Kamu terdiam.
'A.. apa maksudmu?' Tanyamu penasaran.
'Biarkan Aku beri spoiler dulu, Ada seseorang yang pernah mencoba bunuh diri, dia mencari caranya di internet dan menemukan beberapa cara. Dia menemukan cara yang tidak masuk akal sampai cara serius, demi menjemput kematiannya!"
Kamu mengernyitkan dahi, tidak percaya
'Sebutkan saja caranya!' tantangmu padaku.
'Baiklah, dengarkan! Cara pertama, kamu beli obat batuk di apotek, Lalu pulang, kemudian kamu bisa menenggaknya sampai habis dan berharap dirimu akan keracunan lalu mati dengan mudah. Ternyata tidak! rasanya sungguh tidak enak, hanya sakit perut, pusing dan lemas saja' tapi kamu tidak mati.
Kedua, kamu bisa mengunci dirimu dalam lemari berjam-jam dan berharap kamu ditemukan dalam keadaan mati, ternyata kamu tidak kunjung mati, hanya engap yg didapat dan akhirnya kamu kembali membuka lemari untuk berusaha cara lain lagi.
Ketiga, kamu bisa mencoba mengendarai motor sekencang mungkin berharap tertabrak, atau menabrakkan dirimu, lalu ternyata saat kamu mencoba melakukannya, insting berkendaramu lebih kuat dari rasa ingin matimu. Akhirnya kamu memilih menepi di pinggir jalan, lalu menangis sendirian, beberapa saat kemudian seseorang berhenti dan bertanya 'kenapa mba?' dan kamu tidak menjawab, Hanya kembali tancap gas, lalu kembali pulang ke rumah.
Keempat, kamu bisa mencoba menabrakkan diri di rel kereta api, tapi ternyata kamu akan di stop oleh petugas/ penjaga stasiun saat kamu berjalan cepat menuju kereta yg akan lewat, ah salah tempat rupanya, harusnya jangan di stasiun, terlalu ramai orang. Kamu pun tak jadi mati, namun perasaanmu yang tak kunjung reda mengantarmu untuk menangis sejadinya di mushola kecil stasiun, memohon ampun atas ketidakjelasan perasaan yang kamu alami.
Kelima, kamu bisa mencari sungai besar dan berdiam diri disana menunggu banjir kiriman datang dan berharap hanyut, kemudian mati, tapi ternyata banjir itu tidak datang, malah sapaan warga yang kamu dapatkan. Lagi-lagi usahamu untuk mati, gagal. Namun kamu tidak berhenti.
Keenam, kamu bisa mencoba menenggelamkan dirimu ke laut, tapi ternyata berlari di pasir pantai tanpa alas kaki di siang hari, tiba-tiba kakimu merasakan 'panas'nya pasir pantai. Seketika itu, pikiranmu mengingatkan betapa akan lebih panas jika terkena api neraka nantinya 'jika neraka benar-benar ada' pikirmu pada waktu itu, Dan kamu takut. Akhirnya kamu kembali tak jadi mati.
Meski, perasaan takut akan neraka tak bertahan lama. Gejolak rasa ingin mati masih menggebu dalam dirimu, setiap berdiri di tempat yang lebih tinggi, ada perasaan ingin terjun dan menjatuhkan diri saja, namun kamu untungnya masih memilih berdiri dan diam menyimak pertarungan batinmu sendiri, sambil meratap pada TuhanMu.
Akhirnya kamu memikirkan cara yang lebih serius. Tak apa sakit, yang penting kamu tak lagi di dunia ini dengan segala sesaknya. Terpikir untuk merantai diri, tapi kamu tidak menemukan caranya.
Akhirnya, kamu kembali ke rumah, untuk melancarkan cara ketujuh.
Sampai di rumah, kamu bertemu kakakmu yang kebingungan mencarimu.
Lalu, kamu datang padanya dan berkata "Kak, ambil pisau/apapun, bunuh saja Aku sekarang!" Katamu dengan nada putus asa dan air mata yang sudah mengering habis. "PLAKK!" Tamparan itu akhirnya mendarat di wajahmu, meski rasa sakitnya tak berasa, kamu tahu bahwa kakakmu menginginkan kamu kembali sadar secara utuh, meski kamu keras kepala meminta hal yang sama. Kakakmu memilih meninggalkanmu sendiri.
Akhirnya, kamupun tidak jadi mati, meski masih belum tersadar hakikat mati dan mencari cara mematikan diri setiap hari selama 3 bulan setelahnya.
Ternyata percobaan-percobaan lari dari masalah dengan mencoba mati, akhirnya mengantarmu untuk terus mencari makna hidup, mencari arti mati dan mempersiapkan kematian itu dengan persiapan terbaik. Karena, tidak ada yang pasti di dunia ini, kecuali: Mati.
Kataku panjang lebar padamu.
Raut mukamu kini terlihat sendu.
'Kenapa kau bisa tau?'
"Karena orang yang mencari dan mencoba segala cara mati itu adalah Aku"
-THE END-
___based on true story____
"Ada banyak jalan Allah kirimkan sinyal CintaNya agar kamu kembali berharap padaNya. Mungkin lewat bahagiamu, bisa juga lewat gelisahmu. Namun percayalah, cara terbaik menghadapi situasi sulit adalah menjaga prasangka baikmu pada rencanaNya, selamat menikmati segala suka dan duka yg sementara ini, tenang.. ini masih dunia"
-Elka-
"Manusia itu, pada fitrahnya bergerak menuju kesibukan. Maka, berusahalah untuk menyibukkan diri pada sesuatu yang bermanfaat. Kalau tidak demikian, khawatirnya kau akan disibukkan dalam kelalalaian" (Anonim)
"Meski dzikirmu masih hanya sebatas di lisan, teruskanlah.
Meski dirimu merasa belum baik, teruskanlah berusaha membaik.
Meski ibadahmu masih karena harapmu perkara materi, teruskanlah sambil luruskan Niat. Jangan minder untuk berusaha taat meski belum benar2 taat, berusahalah"
(Anonim seorang pengembara waktu)
"Orang2 bilang, kalau kita hanya berbeda dalam memilih dosa. Tentu tidak! Tak perlu memilih pun, manusia pasti berdosa, yang membedakan adalah sikap dan responnya. Apakah berusaha bertaubat atau membiarkan diri terlena dalam maksiat."
Maksiat itu mungkin nikmat (meski sementara) tapi, bukankah jalan taat jauh lebih bermartabat? Pilihlah untuk ketenanganmu, bukan kesenanganmu' (anonim)
"Ingatlah selalu, TuhanMu lah yang paling sayang padamu melebihi kedua orang tuamu, maka.. percayalah setiap takdirNya adalah yang terbaik, dan bila kamu dalam episode sulit, maka sejatinya TuhanMu ingin mengajarkan hikmahNya padamu, bersabarlah, ujian ini tak akan melebihi kapasitasmu, percayalah akan ada kemudahan setelah kesulitan hari ini!".
"Sesungguhnya TuhanMu amat dekat, sembahlah Allah, taatlah, dan mintalah pertolongan padaNya, sesungguhnya Allah tak pernah mengecewakan Hamba yang berdoa kepadaNya".
Terimakasih mb sudah menulis kan sebagai pengingat
BalasHapus