^^

Terimakasih atas kunjungannya^^ Semoga harimu selalu dipenuhi dengan kesenangan dan keberkahan. Sudahkah anda bersyukur untuk hari ini??

Ads Here

Selasa, 18 Juli 2023

Tutorial mudah menyengsarakan diri sendiri


Kutipan berlatar belakang biru adalah sw dari teman lamaku yang saat ini sangat tepat untuk refleksi diriku. Tertampar dahsyat rasanya ketika melihatnya.

Hari ini, aku merasakan getah dari sebuah kecelakaan bernama "Tidak Bertanggung Jawab" dengan sepenuh hati.

Sebelum pandemi, semua terasa lancar dan have fun menjalaninya. Tiba-tiba pandemi datang dan membuat orientasi hidupku berubah. Aku yang dulu semangat bukan main, perlahan terpuruk dalam kebisingan pribadi. Sayangnya, amanah masih ada di pundak. Sekuatnya diselesaikan. 

Dalam perjalanannya, banyak menemukan kebutaan dan ketidaktahuan namun juga kebingungan untuk mencari tahu, padahal semua jawaban ada di depan mata, tinggal satu, mau komunikasi atau tidak. Hari ini, aku menyadari betapa jauh aku tergelincir dalam sifat yang sungguh tidak dapat dijadikan teladan untuk siapapun.

Dalam satu waktu, aku merasa mampu. Ternyata aku hanya abu yang terus saja membisu, hanya bergulat dengan pikiran-pikiranku yang stuck saja begitu.

Hari ini ku sadari banyak hal. Ada hal di luar kapasitas yang sebaiknya memang mesti ditanggalkan dengan segera pada waktunya.

Sifat terburu-buru, ingin cepat selesai, dan lain sebagainya menghantuiku saat ini. Ribuan perasaan bersalah datang menghunjam. Akankah ada waktu untuk perbaikan? 

Lekas padam, ternyata waktuku hanya ada 6 bulan. Dahulu, rasanya hidup mudah-mudah saja tanpa ada lika liku yang berarti, saat ini, semua terkuak, ketika memilih jalan yang mudah maka bersiaplah untuk menemui jalan susah setelahnya. 

Latihan dan bertahan, harusnya menjadi prinsip dan motto ketika dijatuhi amanah meski ringan, sedang, apalagi berat.
Jadi pengecut pun bukan pilihan, lari dari kenyataan bukan jalan. 

Hadapi saja apa yang ada di depan mata, sambil berdoa bahwa Tuhan tak akan memberi ujian di batas kemampuan hambanya. Dan sesungguhnya apa yang tengah dihadapi saat ini adalah buah dari apa yang telah dilakukan sebelum-sebelumnya. 

Banyak orang mendukung untuk tidak selalu menyalahkan diri sendiri. Selalu mencoba untuk tidak melakukannya adalah hal sia-sia. Karena memang sumber masalahnya ada di tempat yang sama. Semuanya, tanpa sisa, ku borong kesalahan2 itu. 

Berminggu-minggu berlalu, bukan berkurang namun semakin rindang. Dampaknya bukan hanya diri sendiri, namun juga teman yang selalu membersamai. 

Aku tahu, ini terlambat, menyesal tidak pernah selalu di awal. 
Banyak jalan menuju mudah, namun bukan jalan mudah yang selalu dipilih. Kadang, jalan sulit perlu di tempuh untuk menyederhanakan proses rumit dan menjadikannya komit bukan sekedar pamit.

Aku tahu, kesalahan terjadi karena aku yang tidak pernah mau mendengarkan, belajar dan memahami kembali tugas pokok dan fungsiku. 

Jauh..  jauh.. dari masa depan. Namun ku harapkan, aku masih memiliki waktu untuk perbaikan. 

Tak sabar untuk terbuka, tak sabar untuk menyelesaikan perkara. Meski nanti, hukuman yang kudapatkan, aku akan menerimanya dengan lapang dada dan menjalankan sekuat tenaga. 

Aku tahu, ini akan sangat berat, namun.. kutahu aku mampu jika bersungguh sungguh. Entah, keputusan mana yang akan diambil untuk menghidupkan kembali citra. Namun, ku tahu, kebersamaan mampu mengatasi itu semua. Aku tahu, aku masih punya harapan di masa depan, tinggal komitmen dan yakin serta belajar dari kesalahan untuk kembali pada jalan kebenaran.

Untuk diriku, jangan pernah tidak bertanggung jawab pada amanah yang disematkan pada dirimu, all is well asal kamu mau do it well. See you!

Sadari amanahmu! Tentukan langkahmu! Berdoalah semoga amanah dan langkahmu ada temu yang tepat untukmu belajar dan terus belajar rasa tanggung jawab!
Hargai juga orang-orang yang ada disekitarmu!! 

Catatan sang Pendosa


Hati merupakan suatu bagian tubuh manusia, yang jika bagian ini baik maka akan baik seluruhnya. Namun, apabila bagian tubuh ini tidak baik, maka akan tidak baik seluruhnya. Oleh karena itu, kita diminta untuk berhati-hati dalam menjaga hati.

Hati adalah sebuah anugrah dari Allah untuk manusia agar dapat menjalankan kehidupannya sesuai dengan tugasnya sebagai manusia dan Hamba Allah. 

Hati yang bersih akan dapat melaksanakan kebaikan-kebaikan dengan ringan dan Istiqomah. Sebaliknya, hati yang kotor akan menjadikan diri berat dalam melakukan amal-amal kebaikan meskipun amal kebaikan yang kecil.

Kesadaran menjaga hati perlu dilakukan setiap waktu. Oleh karena itu, Allah SWT senantiasa menyeru pada hambanya untuk selalu memohon ampun kepadaNya, karena sesungguhnya seluruh manusia ada dalam kesesatan nyata kecuali orang-orang yang Allah kehendaki beri petunjuk untuknya. Maka, selalu meminta pertolongan dan petunjuk dari Allah SWT adalah hal yang utama.

Rasulullah, utusan Allah yang telah mendapat jaminan masuk syurga saja, beliau melaksanakan kewajiban kepada Allah dengan maksimal. Sedangkan kita, ummatnya yang manusia biasa masih sering bermalas-malasan untuk beribadah. Lantas, apa yang kita dapat tampilkan kelak di hadapan Allah?

Allah maha pengasih, penyayang dan pengampun.
Rahmat Allah begitu luas bagi hambaNya yang percaya. Hingga Allah berfirman meskipun dosamu bagai buih di lautan, sesungguhnya Ampunan Allah lebih luas. Oleh karena itu, jangan berputus asa dari rahmat Allah. 

Pancaran hati yang bersih, akan terlihat pada wajah seseorang. Orang-orang yang berhati mulia biasanya memberikan getaran positif bagi orang-orang disekitarnya. Yang mana, atas kehendak Allah lah, pancaran keimanan tersebut muncul di wajah seseorang. 

Sebagai pendosa, saya baru menyadari yaAllah, mengapa saya merasa jelek secara fisik, bukan karena penciptaan Allah yang tidak bagus. Tapi, karena saya yang kurang mendekatkan diri pada Allah dan berserah diri padaNya.

Semester 1, 2 masih merasa dekat dengan Allah, dan pertolongan Allah selalu ada bahkan hingga sekarang.

Namun, di semester akhir kuliah ini saya menyadari banyak kesalahan dan dosa-dosa yang saya buat telah merusak tatanan hidup bumi. Baik bagi sebagian orang maupun untuk diri saya sendiri.

Saya takut, dan saya terlambat menyadari bahwa setiap apapun amal, sekecil apapun mau buruk atau baik tidak akan pernah luput dari pengawasan Nya. Saya terlambat menyadari bahwa Allah benar-benar maha pengatur yang Adil juga pelaksana hakim yang paling adil. 
Berserah diri padaNya setelah berusaha adalah tugas kita sebagai manusia. Bukan hanya mengeluh lalu berputus asa, itu adalah ciri-ciri orang yang malas dan Allah tidak menyukai orang-orang pemalas.

Saat ini banyak sekali yang ada di fikiranku, rasanya ingin sekali mencatat satu persatu kejahatan/kerusakan dan kelalaian terhadap apa yang menjadi kewajibanku hingga saat ini.

Ternyata, banyak sekali hal yang aku lalaikan mulai dari tanggung jawab kecil hingga tanggung jawab besar. Semuanya amanah dan aku tidak sanggup bila menebus kesalahan satu persatu atas dosa-dosaku. Aku tidak mau masuk neraka. 

Seringkali Kita merasa kasihan pada orang lain karena berbuat zalim pada diri kita, nyatanya diri kita lah yang paling layak dikasihani, barangkali lebih banyak diri kita yang terlalu abai pada kewajiban2 sebagai Hamba. 

Minggu, 16 Juli 2023

Berpuisi (MEMBIRU)


[[MEMBIRU]]

 Luka yang lalu masih membiru,

Hendak protes pada waktu
Hanya berakhir semu
Syukur syukur syukur
Sabar sabar sabar
Obat terbaik
Ilmu tingkat tinggi
Perlu latihan tiap hari
Sabar syukur
Di setiap keadaan.

Usaha memang utama
Doa pelengkapnya
Jangan berhenti.
Tenang,
semua hanya sementara
Tak ada yang abadi.

Tetiba teringat kutipan dari buku Api Tauhid, karya Habiburrahman El Shirazy
Tidak ada yang layak dibenci kecuali 'Kebencian' itu sendiri
Dan tidak ada yang layak di cinta kecuali Cinta itu sendiri.

Jadi, bencilah kebencian, Cintailah Cinta. Jangan lupa Basmallah yang akan jadi pangkal kebaikan permulaan segala urusan.
Bismillah...

-ElKa-

Sabtu, 15 Juli 2023

Puisiku yang tak sampai kepadamu (edisi kumpulan puisi jaman alay yang belum terpublish)

 



Kasih Terselubung

Silam sudah  rasa menepi

Menepis kisah yang  menyepi

Menangkis rindu kala kemari


Jauh mata memandang

Teduh hati mengundang

Gundukan resah hilang

Bersamamu cemerlang


Mengintai lubuk terdalam hatimu

Menguntai kalimat dalam hatiku

Adakah Aku dalam pikiranmu?

Bisakah ku warnai harimu?

Layakkah cerita kita bertemu

Layakkah kasih kita berpadu

Layakkah kisah ini jadi satu?

Meski perasaanku terselubung

Kuharap doaku dapat terhubung

Dariku bungsu, padamu hai sulung.


Rehat Sejenak

Tumpah ruah keluh tak tertahankan

Menyapu ruam singgah berhalaman

Menyapa runyam tanpa pengalaman

Menyerah ruas tanpa berpegangan

Menyadarkan sendi pilu berbenturan


Tubuhku penuh sesak teramat

Bagai terikat teluh keramat

Perih panas memenuhi dada

Bagai tersengat terik sang surya

Melihatmu dengannya, perih menerpa

Tegamu tak pernah kudamba

Kau yang selalu bersama

Kini tak lagi pernah bersua

Luka hinggap bersejajar senja

Memadamkan fajar tak lagi indah

Ikhlas kini masih dalam helaan

Memahami pedih tak tertahan

Pikirku runtuh dirundung perasaan

Kau benar wahai tuan

Cinta tanpa iman

Hanya serpihan

Tersapu harap hampa

Terbuai rayuan nestapa

Tersingkir dusta belaka

Menghilang tertiup kenang

Menyayat setipis benang

Benang tanpa kain tertenun darinya

Membuahkan luka

Menghambakan hampa…


Sahabat Terkasih

Gema tawa kita begitu renyah

Tentu hanya kita yang paham artinya

Tipis humormu, juga humorku

Menyatu dalam talian komedi lucu

Tawa kita begitu seru

Pun tangis kita begitu sendu

Percakapan  mata yang menyentuh hati

Memberi ruang energi terbarui

Kau dan aku yang saling berkabar

Penghabisan waktu yang terus berputar

Sedih tawamu yang menular

Mengisi sudut rasa terantar

Meski banyak rasaku terlantar

Tak ku asuh bagai tak berperasaan

Tak ku aku, cukup  persahabatan

Sahabat terkasihku…

Saat pergi bersamamu, aku suka

Saat bertukar cerita, aku suka

Saat kau teduhkan rasaku, aku suka

Saat kau terangkan gelapku, aku suka

Saat kau menatapku, aku jatuh

Apakah kamu juga?

Pertanyaan pilu yang selalu tak mampu

Tak mampu kutanyakan padamu

Hanya menerka rasa  yang kau tuangkan

Menerjemah indah pada kalam kenangan

Tak mengapa balasan rasa hanya hayalan

Tak mengapa bila kau tak rasakan

Tak mengapa bila hanya prasangkaan

Tak mengapa, kukubur rasaku padamu

Demi melihatmu bahagia atas pilihanmu

Tak Mengapa sahabatku

Aku takkan menunggu


Bila sudah waktuku

Kan kutemukan layaknya dirimu 

Selamat atas pilihanmu

Semoga bahagia selalu!


Simpanan Rindu

Lantunan doa yang mengudara

Alunan harap yang mengembara

Tercuat mesra merayu semesta

Tanpa tercampur aroma dusta

Tersapa kalbu yang temaram

Menggeliat tenang seteduh malam

Menderap maju harap berpangkuan

Menyusup hening dalam dambaan

Menyusun rindu berkepanjangan

Menguak rasa takut kehilangan

Kepingan rindu kupungut satu persatu

Menguntai kasih yang tak kunjung berpadu

Wahai kau muara simpanan rindu

Mutiara kasihku tertuju padamu

Jauh kau berkelana tak  mengapa

Asalkan kelak bersama

Memecah simpanan rindu

Cinta kasih yang akan berpadu

Salam rinduku padamu

Idolaku...


Es Krim Waktu Itu

Detik waktu yang menderu

Mengabarkan sesuatu

Ku buka mantel tebalku

Kugantungkan pada tiang harapan

Ku pakai kaus tipisku

Berharap gerah ini segera berlalu

Teng…teng..teng..teng

Suara apa itu?

Ah pedagang es krim tiap minggu

Datang kembali tanpa bertemu

Terbayang satu ingat dalam kalbu

Senyum tersimpul tersapu malu

Menemukanmu di kala rindu

Mengapa masih saja ku takut

Takut akan menyapamu

Tak berdaya berkata

“Mas, es krimnya satu”

Hanya karena dirimu pun disitu

Ingatkah kau es krim waktu itu?

Deskripsi tepat untukmu

Dingin yang mempesonaku

Terpengaruh lelehan tatapanmu

Terperdaya senyum manismu

Duhai es krim waktu itu

Meski tak mampu ku nyatakan

Senyum ini akan ku simpan

Hingga waktunya bersamaan

Kau dan aku  bergandengan



Cari Blog Ini