Kasih Terselubung
Silam sudah rasa menepi
Menepis kisah yang menyepi
Menangkis rindu kala kemari
Jauh mata memandang
Teduh hati mengundang
Gundukan resah hilang
Bersamamu cemerlang
Mengintai lubuk terdalam hatimu
Menguntai kalimat dalam hatiku
Adakah Aku dalam pikiranmu?
Bisakah ku warnai harimu?
Layakkah cerita kita bertemu
Layakkah kasih kita berpadu
Layakkah kisah ini jadi satu?
Meski perasaanku terselubung
Kuharap doaku dapat terhubung
Dariku bungsu, padamu hai sulung.
Rehat Sejenak
Tumpah ruah keluh tak tertahankan
Menyapu ruam singgah berhalaman
Menyapa runyam tanpa pengalaman
Menyerah ruas tanpa berpegangan
Menyadarkan sendi pilu berbenturan
Tubuhku penuh sesak teramat
Bagai terikat teluh keramat
Perih panas memenuhi dada
Bagai tersengat terik sang surya
Melihatmu dengannya, perih menerpa
Tegamu tak pernah kudamba
Kau yang selalu bersama
Kini tak lagi pernah bersua
Luka hinggap bersejajar senja
Memadamkan fajar tak lagi indah
Ikhlas kini masih dalam helaan
Memahami pedih tak tertahan
Pikirku runtuh dirundung perasaan
Kau benar wahai tuan
Cinta tanpa iman
Hanya serpihan
Tersapu harap hampa
Terbuai rayuan nestapa
Tersingkir dusta belaka
Menghilang tertiup kenang
Menyayat setipis benang
Benang tanpa kain tertenun darinya
Membuahkan luka
Menghambakan hampa…
Sahabat Terkasih
Gema tawa kita begitu renyah
Tentu hanya kita yang paham artinya
Tipis humormu, juga humorku
Menyatu dalam talian komedi lucu
Tawa kita begitu seru
Pun tangis kita begitu sendu
Percakapan mata yang menyentuh hati
Memberi ruang energi terbarui
Kau dan aku yang saling berkabar
Penghabisan waktu yang terus berputar
Sedih tawamu yang menular
Mengisi sudut rasa terantar
Meski banyak rasaku terlantar
Tak ku asuh bagai tak berperasaan
Tak ku aku, cukup persahabatan
Sahabat terkasihku…
Saat pergi bersamamu, aku suka
Saat bertukar cerita, aku suka
Saat kau teduhkan rasaku, aku suka
Saat kau terangkan gelapku, aku suka
Saat kau menatapku, aku jatuh
Apakah kamu juga?
Pertanyaan pilu yang selalu tak mampu
Tak mampu kutanyakan padamu
Hanya menerka rasa yang kau tuangkan
Menerjemah indah pada kalam kenangan
Tak mengapa balasan rasa hanya hayalan
Tak mengapa bila kau tak rasakan
Tak mengapa bila hanya prasangkaan
Tak mengapa, kukubur rasaku padamu
Demi melihatmu bahagia atas pilihanmu
Tak Mengapa sahabatku
Aku takkan menunggu
Bila sudah waktuku
Kan kutemukan layaknya dirimu
Selamat atas pilihanmu
Semoga bahagia selalu!
Simpanan Rindu
Lantunan doa yang mengudara
Alunan harap yang mengembara
Tercuat mesra merayu semesta
Tanpa tercampur aroma dusta
Tersapa kalbu yang temaram
Menggeliat tenang seteduh malam
Menderap maju harap berpangkuan
Menyusup hening dalam dambaan
Menyusun rindu berkepanjangan
Menguak rasa takut kehilangan
Kepingan rindu kupungut satu persatu
Menguntai kasih yang tak kunjung berpadu
Wahai kau muara simpanan rindu
Mutiara kasihku tertuju padamu
Jauh kau berkelana tak mengapa
Asalkan kelak bersama
Memecah simpanan rindu
Cinta kasih yang akan berpadu
Dalam izin Tuhan yang satu
Salam rinduku padamu
Tuanku
Es Krim Waktu Itu
Detik waktu yang menderu
Mengabarkan sesuatu
Ku buka mantel tebalku
Kugantungkan pada tiang harapan
Ku pakai kaus tipisku
Berharap gerah ini segera berlalu
Teng…teng..teng..teng
Suara apa itu?
Ah pedagang es krim tiap minggu
Datang kembali tanpa bertemu
Terbayang satu ingat dalam kalbu
Senyum tersimpul tersapu malu
Menemukanmu di kala rindu
Mengapa masih saja ku takut
Takut akan menyapamu
Tak berdaya berkata
“Mas, es krimnya satu”
Hanya karena dirimu pun ada disitu
Ingatkah kau es krim waktu itu?
Deskripsi tepat untukmu
Dingin yang mempesonaku
Terpengaruh lelehan tatapanmu
Terperdaya senyum manismu
Duhai es krim waktu itu
Meski tak mampu ku nyatakan
Senyum ini akan ku simpan
Hingga waktunya bersamaan
Kau dan aku bergandengan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar