^^

Terimakasih atas kunjungannya^^ Semoga harimu selalu dipenuhi dengan kesenangan dan keberkahan. Sudahkah anda bersyukur untuk hari ini??

Ads Here

Sabtu, 15 Juli 2023

Menonton Permainan Malam Hari di Rumah Nenek

 


Gambar ini memiliki atribut alt yang kosong; nama berkasnya adalah 0a0197e7c16085fdfb4f28096b2d381a.jpg
https://yooericpaige.blogspot.com/2022/09/permainan-tradisional-clipart.html

Rumah nenek merupakan salah satu destinasi yang sering dijadikan anak-anak untuk meghabiskan liburan sekolah. Rumahnya yang sederhana, dengan halaman luas di depannya serta jauh dari gedung-gedung kota membuatku terkadang merindukannya.
Sekarang, memoriku berputar pada kejadian saat diriku kelas 5 SD dahulu.
Liburan semester sekolah, membuatku ingin menginap di rumah nenek, karena disana aku dapat bermain sepuasnya di halaman yang luas juga bereksplorasi di kebun tetangga yang banyak pohon buahnya.

Sebagai anak yang baik, aku meminta izin terlebih dahulu pada ibuku untuk pergi ke rumah nenek bersama kakak perempuanku, ku memanggilnya Nunung. Ibuku mengizinkan kami karena jarak rumah nenek tidak terlalu jauh, hanya perlu naik satu kali angkot, lalu sisanya berjalan kaki sejauh 1,2 km.

Singkat cerita, sampailah Nunung dan Aku di rumah nenek atau kupanggil dengan sebutan "Mide" pada pukul 9 pagi di hari sabtu. Pada saat disana, tidak kujumpai bang Toyib, dia adalah kakak laki-lakiku yang memang tinggal disini. Kata Mide, bang Toyib sudah berangkat pagi-pagi ke tempat kerjanya. Tentu bukan masalah, karena aku sedang tidak mencari bang toyib, melainkan sepupu bernama Liza untuk bermain bersamaku.

Sedangkan Nunung, asik membantu Mide yang sedang menggoreng kerupuk untuk selanjutnya dibungkus lalu dijual ke warung.

Tak terasa, waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB, hari sudah mulai sore. Panggilan "Heyy.. wis sore, gagean pada adus dikit, delat maning ngaji" (Heyy.. sudah sore, cepatlah segera mandi, sebentar lagi waktunya ngaji) oleh para Ibu kepada anak-anaknya mulai terdengar, tak terkecuali kepada Liza dan Aku.
Akupun menyambut panggilan itu dengan langsung berhambur lari ke rumah Mide, dan Liza kembali ke rumahnya yang berjarak 3 rumah saja dari rumah Mide.

Jujur saja, aku sangat menyukai suasana menjelang maghrib dan waktu malam di rumah nenek. Di malam hari, aku dapat mendengar nyanyian alam seperti suara jangkrik, tongeret, dan lain-lain yang mulai bermunculan sejak matahari tenggelam.

Agenda sore anak-anak adalah mandi lalu pergi ke masjid untuk shalat dan mengaji. Namun, karena aku bukan warga asli situ, selama sore menjelang maghrib aku hanya berdiam diri di rumah sambil sesekali melihat dari balik jendela hilir mudik anak-anak dan orang tua menuju masjid.

Sayup-sayup suara Adzan mulai menggema, menambah khidmat senja di kala itu. Waktupun beranjak menuju Isya, Aku mulai bosan memperhatikan jendela ruang tamu dan memutuskan bergabung ke ruang tengah ikut membantu Mide dan Nunung membungkusi kerupuk satu demi satu sambil mendengar petuah dan cerita mide kepada cucunya.

Pukul 9 malam, suasana rumah makin sunyi sepi, ditambah bang Toyib yang belum pulang sejak sore tadi. Kata mide, bang toyib ada lemburan jadi pulang jam 1 malam. Setelah makan malam, Nunung dan Aku menuju kamar tidur dekat dengan halaman luas dengan beberapa pemandangan rumah tetangga, Hordeng mulai ditutup dan aku pun mulai menutup mata untuk tidur. zzzZZZ

Saat mulai tertidur, sayup-sayup suara anak kecil yang sedang berlarian di luar rumah terdengar sangat jelas di telinga, hingga aku pun terbangun dan membuka jendela, untuk menjawab rasa penasaran dengan apa yang kudengar barusan.

Aku menghela napas lega. Pantas saja ramai, dari balik jendela kamarku, Aku melihat banyak anak-anak keluar rumah untuk bermain di halaman dan orang tua yang mengobrol di teras, serta pedagang yang memanggul jajanan. "Wah.. pantas saja ramai, anak-anak lagi main" sahutku dalam hati yang masih dalam keadaan setengah sadar.
Kemudian, kubangunkan Nunung agar mau mengajakku keluar rumah dan bergabung dengan mereka.
Bermain malam-malam? Pasti seru! pikirku. Nunung terbangun, namun dia tidak berminat keluar rumah, dia lalu menyuruhku untuk tetap dikamar dan lihat dari jendela saja.
Aku menggerutu, "Kita kesini kan buat liburan, masa' engga mau diajak seru2an" Kilahku. Nunung pun hanya ikut menyaksikan sebentar dari jendela lalu tidur lagi.

"TOK…TOK..TOK…" Tiba-tiba suara pintu berbunyi.
Wah.. Ini pasti Bang Toyib pulang, akhirnya ada yang bisa ku ajak untuk ikut main keluar, seruku dalam hati.
"Assalamualaikum…"
Suara salam memperjelas yang mengetuk pintu adalah bang Toyib,
Aku pun berlari menuju ruang tamu lalu membuka pintu sambil menjawab salam.

Aku menyalami bang Toyib yang baru pulang dari kerjanya.
Tapi tunggu! Ada yang berbeda, pandanganku pun meraba dan menyapu halaman luas yang ada di depan mataku, karena pintu ruang tamu arahnya sejajar dengan halaman yang tadi kulihat dari balik jendela.
Aku terdiam.
"Cari apa?" tanya bang Toyib padaku. Buru-buru aku menutup pintu, tidak menjawab bang Toyib dan kembali tidur di samping Nunung.

~Keesokan Hari~

Liza mengantar sarapan kami di pagi ini, hari Minggu.
Belum sempat Liza menaruh makanan di meja, Aku langsung menanyainya banyak hal, karena tidak terima saat malam hari dia tidak mengajakku main seperti anak lainnya.

"Liza… waktu malam kok aku engga di ajak main sih! Sampe semua selesai masuk rumah, kamu gak ngajak main!"
"Hah? Apaan sih?" jawab Liza dengan muka sinis.
"Tadi malem aku tidur, terus bangun liat anak-anak rame pada main sampe ada pedagang segala" nada sewot
"Orang aku gak main semalem!" sergahnya.

Bibiku yang mendengar keributan kami segera datang,
"Kenapa ini pagi-pagi sudah berantem?"
"Itu Bi.. Liza curang, semalem main kok gak ajak Aku, kan Aku kesel!" aku mengadu,
"Lah.. lah… emangnya siapa yang main malem-malem?"
"Ya.. anak-anak sini lah"
"Kamu tuh kayak engga tau aja, anak-anak disini udah masuk rumah sejak maghrib, engga ada itu main malem-malem, ngarang"
"Lah… masa? Jadi yang kuliat tadi malem siapa dong?"
"Ya gak tau, sendakala mungkin" Jawab Bibiku dengan entengnya.

Lah… Pantas saja, saat membukakan pintu untuk bang Toyib aku merasakan dingin yang berbeda, juga halaman luas yang kosong. Saat itu Aku hanya berpikir permainan sudah berakhir, tapi ternyata nihil.

Sampai hari ini pertanyaannya masih sama, Jadi pemandangan yang kulihat, dan suara yang kudengar waktu itu apa ya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini