^^

Terimakasih atas kunjungannya^^ Semoga harimu selalu dipenuhi dengan kesenangan dan keberkahan. Sudahkah anda bersyukur untuk hari ini??

Ads Here

Selasa, 26 Desember 2023

Serba serbi PGPAUD: Jurusan kuliah yang sering dipandang sebelah mata

 




"Didiklah anakmu, minimal 20 tahun sebelum ia lahir di dunia" Suatu kutipan yang saya lupa sumbernya, namun menancap dalam hati saya dan membuat saya semangat untuk mendidik diri agar dapat mendidik dengan baik anak-anak di masa depan nanti, karena jika 20 tahun sebelum anak lahir maka artinya, didiklah diri kita sendiri agar dapat menjadi pendidik yang terdidik di masa nanti sejak masih dini.

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pndidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pengertian tersebut berdasarkan UU SISDIKNAS No. 20 th. 2003 pasal 1 ayat (14). Siapa sih anak usia dini itu? Yaitu anak yang masih berusia dini, rentang usia di Indonesia yakni dari 0-6 tahun sedangkan di beberapa negara, rentang usia Anak usia dini yang digunakan yakni usia 0-6 tahun mengikuti standar UNESCO.

Banyak yang mengira bahwa PAUD merupakan jenjang pendidikan sebelum TK. Padahal sebenarnya TK merupakan salah satu dari layanan PAUD di jalur Formal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar.

Jadi yang sering PAUD yg dianggap jenjang pendidikan sbelum TK yang sering disalahpahami, mungkin dimaksudkan untuk menyebut layanan POS PAUD, namun masyarakat mengingatnya sebagai PAUD saja, karena lebih sederhana untuk diingat.

Lalu, apa gunanya PAUD? Emang perlu ya smpe menempuh pendidikan tinggi untuk jadi guru PAUD? Trus PGPAUD tuh bisa jadi apa aja sih? Emang ga takut miskin kalo jadi guru paud?

Yuk kita bahas sama-sama, dimulai dari Fungsi dan tujuan PAUD itu sendiri (Lihat di gambar ya!).

Dapat dilihat fungsi PAUD itu sangat krusial karena berhubungan dengan peletakan dasar (pembangunan pondasi) seorang manusia. Bila manusia diibaratkan seperti tanaman, maka PAUD setara dengan proses pembibitan yang mana hasil tanam sangat bergantung pada proses pembibitan di masa awal kehidupan tanaman. True?

Maka, begitu pentingnya merawat fitrah/potensi diri anak untuk masa depannya, hal-hal  yang ditanamkan pada PAUD idealnya adalah pembentukan karakter seorang anak agar memiliki konsep diri yg positif agar dapat bertumbuh menjadi pribadi yang positif dan mampu memberikan dampak positif bagi diri dan lingkungannya. Sehingga, setiap elemen sosial memiliki tanggung jawab terhadap pertumbuhan anak terutama Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Mari kita bahas satu persatu elemen sosial pembentuk karakter anak.

Keluarga adalah Penyelenggara PAUD yang pertama dan utama  sebagai lingkungan awal yang dikenal dan pasti dialami oleh anak bagaimanapun bentuk keluarganya. Memiliki bekal parenting atau ilmu pengasuhan anak akan sangat berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan anak agar sesuai dengan kebutuhan.
Meski tidak ada pakem khusus tentang jenis parenting terbaik untuk anak karena setiap anak memiliki karakteristik yang unik sehingga memberikan kesempatan pada orang tua untuk mengenal metode dan cara apa yang sesuai dengan kebutuhan anaknya. Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih metode pengasuhan adalah Tentukan tujuan pendidikan anak, dan sesuaikan dengan situasi dan kondisi keluarga. Mengapa penting menentukan tujuan pendidikan anak? supaya kita dapat mengefektifkan waktu terhadap pengambilan keputusan yang mendekati tujuan, sebagai patokan ketika diperlihatkan berbagai pilihan metode-metode parenting. Tujuan akan berpengaruh pada metode dan apa saja yang boleh dan tidak boleh ditoleransi pada proses pengasuhan. Tidak adanya tujuan utama dalam pendidikan anak dapat mengaburkan fokus dalam usaha memberikan pendidikan terbaik terhadap anak. Bayangkan saja, misalnya kita ingin pergi ke Yogyakarta, tentu pemilihan kendaraan menuju Yogyakarta disesuaikan dengan kemampuan kita apakah naik pesawat, mobil, motor atau kendaraan lainnya, apakah jalur darat, udara, laut yang terpenting tujuannya jelas. Nah, sekarang bayangkan pendidikan tanpa tujuan, hanya akan berlayar tak tentu arah dan mudah terbawa angin. Beruntung bila angin mengarahkan pada jalan yang benar, namun jika angin mengarahkan pada jurang kehancuran, apa jadinya? Hanya menjadi abu tanpa jejak kebermanfaatan.

Begitulah kiranya, idealnya ketika kita dengan sadar berniat untuk membangun sebuah keluarga, artinya kita pun mesti sadar akan persiapan-persiapan berlayar mengarungi samudera kehidupan dalam bahtera keluarga, termasuk didalamnya mempersiapkan pendidikan dasar terbaik untuk anak, kesiapan untuk memahami anak, kesiapan untuk mau belajar memperbaiki sikap diri dan bertekad untuk menjadi orang tua betulan dan bukan kebetulan menjadi orang tua.

Menjadi orang tua betulan, maka harus siap belajar setiap waktu untuk menuntut ilmu. Selain itu,  dalam tiap proses kehidupan, usahakan selalu menjadikan Ilmu sebagai kendaraan menuju tujuan yang kita harapkan tak lupa pula kuatkan iman untuk membentengi diri dari tiap godaan yang menjauhkan kita dari tujuan. Adapun, jika kendaraan tersebut tidak mampu mengantarkan pada tujuan yang diharapkan, maka hal tersebut diluar kuasa kita. Do the best and God will do the rest.

Lingkungan yang kedua adalah sekolah atau lembaga pendidikan. Idealnya pada pendidikan anak usia dini bukan penguasaan materi pelajaran scara harfiah yang dicapai dalam lembaga PAUD. Namun, bagaimana membangun kesadaran anak terhadap diri dan lingkunganny serta memberikan stimulus untuk pengoptimalan fungsi aspek perkembangan jasmani dan rohani yang akan sangat berdampak pada penumbuhan karakter diri anak. Mengajarkan kemampuan membaca pada anak mungkin hanya butuh 3 bulan saja, namun menanamkan karakter butuh waktu lebih lama dan kesabaran yang lebih besar. Dalam kurikulum 2013 PAUD yang berlaku saat ini, pembelajaran dikemas dalam kerangka tematik yang berprinsip mengenalkan anak pada lingkungan terdekatnya yakni diriku, keluargaku, lingkunganku, binatang, tanaman, kendaraan, alam semesta, negaraku.

Misalnya, guru mengajar dengan tema Rumahku subtema ruang tamu, pembelajarannya penataan ruang tamu. Melalui pembelajaran tersebut, idealnya guru berfokus pada bagaimana kemampuan anak saat memegang sapu, seberapa lama anak mampu membawa gelas berisi air tanpa tumpah, juga nilai moral yang dikembangkan saat berhadapan dengan orang lain. Sederhana memang kelihatannya, tapi coba deh pikirkan kalau anak sudah mampu melakukan kegiatan sederhana sejak dini, maka akan lebih mudah dalam menghadapi tahapan dan tantangan kehidupan selanjutnya.

Lingkungan yang ketiga yakni masyarakat. Masyarakat merupakan tempat bagi anak untuk mencari pengakuan peran sosialnya, hal ini dimulai dari kegiatan bermain bersama teman di lingkungannya. Idealnya, masyarakat yg ramah terhadap anak berkorelasi positif pada perkembangan sosial-emosional anak. Saya pernah membaca kutipan "Need a good village to raise a good child" . Sehingga pembentukan karakter merupakan tanggung jawab besar di PAUD. PAUD bukan tentang secepat apa anak bsa membaca, menulis dan beritung, tapi bagaimana mereka mengenal dirinya, memiliki empati utk menghargai orang lain, dan menerima adanya perbedaan.

Guru PAUD harus kuliah? Sdikit cerita, berawal dari anime favorit (Naruto) saya mulai penasaran bagaimana pengalaman masa kecil memiliki pengaruh sangat besar atas jalan hidup yang dipilih saat dewasa. Bagaimana sebuah pengakuan dapat mengangkat harga diri seorang anak? Bagaimana pengaruh guru dan lingkungan pada anak. Bagaimana bisa Naruto, anak yang dicap nakal yg sebenarnya baik dan tetap baik meski disakiti terus menerus oleh lingkungannya, apa dan siapa penguatnya? Dan satu persatu kumpulan pertanyaan tersebut terjawab di perkuliahan melalui berbagai cara, baik saat tatap muka, observasi, UKM, dan sebagainya. Jadi kuliahlah dengan tulus, meski gak rajin2 amat yg terpenting kita terus mencoba utk bersungguh-sungguh mencari ilmu dan mengamalkannya.

So, guru PAUD perlu kuliah gak? Menurutku sangat perlu, karena kuliah itu untuk membentuk pola pikir bukan sekedar jalan menuju pekerjaan. PGPAUD bisa jdi apa? Ya apa saja? Kita mau jadi apa? Kita mau Istiqomah di bidang apa?

Memang masih banyak kekurangan dalam penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia khususnya jenjang PAUD. Namun, kita dapat ambil peran dalam PAUD. Sebagai kakak, bibi, guru, tetangga, masyarakat yang ramah terhadap kehadiran anak-anak, mendengarkan suaranya, memperhatikan haknya, mempercayai dirinya untuk melakukan sesuatu serta mengarahkannya di jalan yang benar. Demi mewujudkan cita mulia tersebut, semuanya mesti dimulai dari diri sendiri, dimulai sekarang bukan nanti.

Tidak peduli sekecil apa perubahan yang bisa dikontribusikan untuk pembangunan peradaban negeri ini, yang terpenting berusahalah untuk menjadi bagian dari solusi sebelum kita mati. Karena, bila kita bukan bagian dari solusi, maka kita lah masalahnya.

Seriously, if you do something with love, it will be good things in your life.

Penutup tulisan ini, izinkan saya menuliskan motto yang selalu disampaikan berulang oleh dosen  pedagogik saya semasa kuliah.

"Rajinlah belajar, jadilah yang terbaik! Indonesia membutuhkanmu!"

 


Nasehat sang Ibunda

 


Tentang Angka, mau dan mampu.

Ibuku pernah menitip pesan, meski bukan dari lisannya
mungkin lewat doanya, tapi pesannya sampai padaku, kira2 begini:

"Nak, bagaimana pun keadaannya, yang namanya pendidikan harus terus diperjuangkan, jangan berhenti karena ada halangan, majulah, InshaAllah ada jalan entah dari jalan yang kau perjuangkan ataukah dari jalan yang Allah pilihkan karena hanya dengan ilmu, jalan terbaik menuju kemuliaan"

Kusimpan erat pesannya dalam ingatan, tak sadar ternyata hal tersebut jadi settingan dalam diri yang terinstall bagai pondasi dalam tiap keputusan.

Suatu hari, kuputuskan untuk mencoba mengembangkan pikiran lewat bacaan.
Tak disangka, ternyata jadi hobi yang berkelanjutan.

Sampai tiba saatnya, Aku bercita-cita untuk dapat memiliki perpustakaan pribadi untuk dapat dimanfaatkan sebagai media peningkatan literasi di negeri ini (InshaAllah).

Awalnya ku merasa ragu, bagaimana bisa memiliki koleksi buku yang bermutu dengan segala keadaan yang mungkin belum mendukung sampai kesitu.

Namun, percayakah? Tahun lalu, kuputuskan untuk membeli satu paket buku anak-anak yang jika diangka kan seharga hp android dengan kamera 32mp dan kapasitas memori 3/32gb.
Meski harus membayar berkala tiap bulannya sampai lunas InshaAllah di bulan ke 10.

Setiap bulan, kusempatkan membeli beberapa buku untuk dibaca dan direnungkan, meski nyatanya masih ada yang belum tersapa isinya, karena masih terbungkus rapih.

Jika diangkakan, bisa untuk dp awal motor di dealer di angka terendahnya.

Pertanyaan yang seringkali terlintas, "Hm.. kok bisa ya?"
Meski aku berkeyakinan bahwa Allah SWT akan mencukupi segala kebutuhan kita, dan bukan gaya hidup kita dengan rezekiNya. Tetap saja, bagiku ini terlalu ajaib, meski bagi Allah SWT ini mungkin hanya hal receh saja.

Lalu, apa yang ingin disampaikan melalui tulisan ini?

"Nyatanya, pendidikan/pengembangan diri bukan saja untuk kalangan yang mampu, tapi utamanya untuk kalangan yang *mau*, karena yang mampu belum tentu mau, dan yang mau biasanya InshaAllah dimampukan oleh Allah SWT"

Maka, jika punya mimpi, mulailah dengan langkah yang kita bisa, meski hanya setapak saja, niscaya Allah SWT akan tunjukkan jalan selanjutnya, selagi yang dituju adalah RidhoNya.
Bukankah mengoptimalkan segala potensi yang telah diberi olehNya adalah wujud syukur paling nyata dalam menyadari segala nikmatNya?

"Just do the best, Allah SWT will do the rest"

Meski diriku masih jauh dari kata "Mimpi yang terwujud" namun apa salahnya mensyukuri segala proses hingga hari ini. Semoga Allah ridhoi dan mampukanku untuk mewujudkan mimpi ini dan menikmati segala prosesnya. Aamiin

Selamat merenungkan.


Sabtu, 18 November 2023

Menyadari Kesalahan Orang Tua, buat apa?

There is no perfect on 'relationship', but we always have a time to fix it. 

Why we need some more reason to know about 'false of our parent?'

1. To guide us for 'accepting' on current condition.
2. To build us to be more grateful and wise parent on future.
3. To care for our parent carefully and without doubting them.
4. To worshiping Allah in a better way.
5. To make ourself and our life matter, so we can create the 'Goal of life' 'Priority of our life'

How this will start?
It can start with learn Islam from zero and find the 'ulama that can teach us in a right way.

Dunia: Tempat terbaik merasakan kekecewaan, jadi nikmatilah.


[[ Dunia memang tempatnya kecewa, maka nikmatilah ]]
 
Pernahkah dirimu berharap, lalu terpatahkan?
Kemudian berharap lagi, lalu hampa?
Kamu berikhtiar, namun berakhir gagal.
Kamu berikhtiar, namun berakhir kalah.
Kamu berstrategi, namun hancur lagi.
Kamu tak menyerah, namun rasanya sia-sia.

Kamu sadar
Kalau kamu kecewa pada ekspektasimu sendiri, namun terus mengulanginya. 
Ah payah.

Apa yang salah?

Bagian salahnya adalah, kamu mengharapkan kebahagiaan pada sesuatu yang sifatnya fana.

Pahamilah, dunia selalu bersifat sementara. 
Sedih? Sementara
Senang? Sementara

Kalau ingin bahagia terus, sejuk terus, tak ada kesia-siaan, maka 'surga'lah tempatnya.

Nanti.. 
Setelah kamu berhasil melewati kehidupan dunia sesuai dengan aturanNya.
Sabar ya...

Lalu, hal benarnya adalah, di bagian ikhtiar yang kamu tak pernah lelah untuk mengulangi ikhtiar itu, meski salah, namun kamu justru belajar lebih baik dari kesalahan.

Kelak, Segala apa yang menjadi ketetapan Allah atas kita, tidaklah akan dipertanggungjawabkan. Namun, yang menjadi pertanggungjawaban kita adalah "Respon" terhadap apa-apa yang menjadi ketetapan Allah. 

Jika diberi lebih, akankah bersyukur?
Jika diberi kurang, akankah bersabar?
Atau bahkan jika tidak diberi, akankah tetap percaya?

Maka, responlah segala yang datang di hidup kita dengan kacamata 'iman'. Maka, dalam kondisi apapun, insyaallah kita yakin tanpa ragu, bahwa itulah takdir terbaik, dan kita mampu menjalankan amanahnya sebagai 'hamba Allah' serta 'khalifah fil ard' .

Gampang ya? Iya.. ngomong, nulis emang gampang. Justru di aplikasi yang perlu tantangan, dan disini, ilmu itu pahalanya tidak hanya di pengetahuan, namun di amal, di bagian amal lah, ilmu kita diuji. Apakah lulus atau remedial lagi?
Dan disinilah 'titik sadar' kita sebagai manusia, yang ternyata engga mampu kalo sendirian, engga mampu beramal kalau tanpa pertolongan Allah. 
Maka, selain ikhtiar, jangan patah berharap, berdoa, dan berserah.

Berusahalah, berusahalah selalu agar berjalan dalam jalan yang diridhoinya,
Insyaallah.. insyaallah..
Selamat menikmati.

Kelak, semoga kita bertemu kembali di surgaNya.
Jika kamu tidak melihatku, maka panggil aku ya.

Minggu, 12 November 2023

Kekuatan "Teman Sejati" yang bernama..........

 





Hari ini, kamu telah menjadi pribadi yang baru.

Kamu tidak lagi menutup diri seperti di masa lalu, saat ini kamu siap untuk berteman dan membangun relasi dengan orang lain. Dulu, kamu takut untuk melakukannya dan kamu merasa ditolak oleh lingkungan pergaulan karena kamu merasa engga bisa mengikuti obrolan mereka apalagi memberi manfaat yang lebih untuk mereka.

Di tempat kerjamu yang baru, kamu menemukan lingkungan baru yang membuatmu bersyukur karena merasa diterima sebagai dirimu seutuhnya. Lalu, kamu mulai tampil bercerita, mendengarkan kisah mereka, juga mulai saling bertukar ide dan memecahkan solusi bersama. Ini sungguh perasaan menakjubkan!

Hari berganti, satu bulan telah terlalui sejak dirimu memutuskan untuk lebih bisa terkoneksi dengan dunia luar dan menerima segala yang terjadi di masa lalu, kamu paham sekali bahwa seburuk-buruknya masa lalu, masih ada masa depan yang perlu diperjuangkan. Dan kamu sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengikhlaskan segalanya.

Namun, entah kenapa pada saat ini rasa tak nyaman itu kembali muncul. Kamu sudah bisa terbuka, tapi nyatanya dirimu masih merasakan kesepian itu, meski di tengah keramaian.

YaAllah, perasaan apalagi ini? mengapa terjadi secara berulang? Aku hanya ingin berteman seperti biasa, tapi kenapa setelah aku mencoba membuat koneksi dan keterbukaan komunikasi itu mulai tampil, aku malah merasakan sepi. Aku merasa, orang lain menilaiku menjadi pribadi yang berbeda. Apa salahku? tanyamu dalam hati. Kamu menangis, lalu menghubungi teman kepercayaanmu untuk menjelaskan perasaan yang sedang kamu alami.

Kamu begitu bergetar dan ingin menangis saat menceritakannya, padahal kamu sadar kamu engga mengalami masalah apapun. Kamu hanya merasa terputus koneksi dengan lingkunganmu.

Awalnya kamu bisa berteman, namun akhirnya kamu kembali sibuk dengan dirimu dan kembali tenggelam dalam rasa sepi. Sungguh hidup ini tidak adil yaAllah.

Temanmu memintamu untuk menarik nafas dan perlahan menghembuskannya agar dirimu lebih tenang.

Banyak hal yang disampaikan oleh temanmu tentang perasaanmu. Namun, poin yang kamu paling tangkap adalah "Sesungguhnya, teman sejati yang selalu bisa menemuimu bukanlah pasanganmu, temanmu, sahabatmu ataupun keluargamu, ia bernama 'Amal Sholih' ia yang akan menemanimu sampai setelah kematian, bisa jadi perasaan sepi yang hadir dan selalu menghantui adalah pesan dan kode dari Allah untuk lebih mendekat padaNya dengan memperbanyak amal shalih, hanya itu, hanya itu bestie yang bisa mengisi kekosongan dalam hati"

Amal sholih yang sifatnya tak berbatas, itulah yang bisa mengisi ruang sepi dalam hatimu yang tak terbatas pula kedalamannya.

Meski merasa berat, pahit, namun kamu tetap berusaha mendengar dan merenungkan nasihat itu. Dan pada akhirnya, kamu mencoba kembali apa yang telah kamu mulai yaitu: Menyambung tali silaturahim, namun kali ini kau luruskan niat, bukan karena egomu, namun karena Tuhanmu. 






Minggu, 05 November 2023

Kilas Balik Aksi Bersejarah hari ini: Dulu Nyinyir, sekarang Iri



Dulu, waktu diriku belum mengerti Islam, belum mengenal sepenuhnya ajaran Islam. Aku selalu Nyinyir dan tidak suka dengan berbagai gerakan aksi2an di Monas yang melibatkan banyakkkkk orang, utamanya jika yang diaksikan terkait dengan keagaamaan. "Apaan sih, lebay banget, gitu aja dibela" celetuk ku dulu yang masih buta akan perjuangan.

Alhamdulillah, hari ini Allah bukakan mataku, dan Allah sisipkan rasa empati dalam hati ini. Dan aku iri, tidak bisa ikut aksi. Meski begitu, jalan aksi itu banyak sekali dan aku bahagia bisa menularkan semangat ini kepada murid2ku. 

Nak.. aku berharap ketika kamu dewasa, Palestina sudah merdeka, tapi.. kalau belum juga. Majulah nak.. jadilah bagian dari pembebas Negeri Palestina. InsyaAllah Allah akan menangkan kelak.

#StandWithPalestine
#Fromtherivertorhesea

Sabtu, 04 November 2023

Saat dirimu merasa Jelek, tenang saja.. kamu tak sendiri!


"Kamu tuh ya udah pesek, item, berkumis, idup lagi"

"Perempuan kok jelek amat sih"

"Adik temanku imut-imut, kamu sih amit-amit"

"Saya tuh gak mau samaan sama kamu, jelek!"

Suara itu kembali terngiang dalam kepalaku hari ini.

Aku menahan tangis juga haru.

Tangis karena ternyata suara itu masih ada dalam kepala, juga haru karena nyatanya semua itu membentuk diriku yang sekarang. Hatiku tak lagi sesak, bahkan bibirku otomatis tersenyum mendengar suara kepalaku hari ini. Alhamdulillah

Izinkanlah aku mengalirkan emosi ini dalam bentuk tulisan seperti biasanya.

Air mata terburai kala jemari mulai mengetikkan satu persatu kata tentang sebuah memori masa sekolah.

Pada masa itu, tepatnya jenjang Sekolah Menengah Pertama, aku mengalami keguncangan yang sangat besar dalam kepercayaan diri.

Aku kehilangan percaya diri dan merasa tidak bisa mengikuti pergaulan anak seusiaku.

Aku tidak tahu, kalau di masa 'remaja', fisik begitu sangat diperhitungkan di dalam pergaulan.

Namun aku percaya, selalu ada kisah indah di setiap air mata.

[[ Singkat Cerita, di hari ini]]

And here we go, I want to tell you the truth.

Hari ini, Aku menjadi Guru di sebuah TK. Aku suka sekali untuk menceritakan kisah pada anak-anak agar mereka memiliki banyak referensi dalam bersikap saat menghadapi masalah.

Friday morning with  a lot of gratefulness, aku berkisah pada anak tentang Palestina. Berat rasanya, bukan.. bukan karena kisahnya, namun karena momen berkisahku diabadikan dengan kamera dan akan dipublikasikan dalam bentuk Video. 

Terbayang sudah ekspresi mukaku yang mungkin absurd. Tapi aku harus melakukannya. 

Aku hanya ingin berkata pada diriku sendiri yang mulai insecure dengan apa yang ada:

"Hallo.. diriku yang dulu sering mendapat hinaan dan cemoohan tentang fisik, dengarkan aku dulu ya. Kali ini, kamu sudah tidak lagi di fase remaja, dirimu sudah melesat jauh di usia dewasa. Kabar bahagianya, di dunia dewasa kamu tidak lagi harus pusing dengan penilaian orang lain, karena orang lain punya urusan sendiri, dan kamu bukanlah pusat dunia yang dipikirkan orang lain. Jadi, kamu tidak perlu khawatir tentang apa yang orang lain pikirkan tentangmu. Hal penting saat ini adalah bagaimana kamu mengoptimalkan segala potensi yang ada dalam dirimu menjadi suatu kebermanfaatan. Bukan.. bukan lagi dalam tahap pikiran, tapi kali ini dalam perbuatan, aku tahu dengan baik banyak sekali rencana dan mimpi yang kamu simpan sejak dulu, namun kamu selalu bersembunyi dan tidak berani untuk menampilkannya hanya karena kamu malu dan takut di bilang "jelek". Mari atur nafas sekarang, inhale--exhale"

Lalu kisah pun dimulai, kamu berkisah dengan segala kemampuanmu, berbekal bismillah kamu memulainya dengan yakin dan fokus terhadap tujuan kisahmu hari ini. Menyampaikan pesan moral dan semangat dalam membela kebenaran. Itu sudah bagus sekali, meskipun tidak semua anak menyimakmu, bahkan ada yang menangis karena pada saat kamu bercerita, ada anak yang bercanda dengan temannya kemudian menghasilkan tangisan merdu diantara ceritamu. 

Apa kamu merasa bersalah? tentu saja, aku tau dalam pikiranmu sudah bersliweran kata-kata yang otomatis terngiang dan masih berasal dari rasa insecuremu.

Biar aku ingatkan kembali, pada situasi saat itu, suara itu hadir

"Guru macam apa aku ini, engga becus jaga perhatian anak agar fokus"

"Duh... kasian tuh tim dokumentasi, pudar momennya karena kamu tidak menguasai situasi"

Oke.. ini apa-apa, tapi yuk.. inhale-exhale, La Tahzan Innallahama'ana.

Kamu pun kembali berusaha tetap seprofesional mungkin agar anak-anak kembali kondusif dengan ceritamu. Kamu ternyata bisa berfikir cepat dan situasi itu terlewati dengan baik, Alhamdulillah, Aku sangat apresiasi karena kamu sudah bisa berusaha lebih tenang dan proaktif dalam menghadapi situasi yang tidak terduga.

Akhirnya, kamu selesai dan kamu merasa senang dan bersyukur karena kamu bisa menularkan semangat secara alami kepada anak-anak.

Di akhir sesi cerita, ada kegiatan donasi, pembagian bendera palestina dan foto bersama serta membuat video yang menyuarakan "Free Palestine! Free Palestine! Free Palestine!"

Semangatmu begitu bergelora, namun kamu selalu memikirkan bagaimana hasil videonya, aku takut merusak visual dan orang-orang mengejekku seperti dulu. Aku takut diriku merusak pemandangan, aku takut diriku tidak enak untuk dilihat dan akan menurunkan citra sekolah. Pilihan itu mengganggumu.

Di suatu kesempatan sebelum video itu terbit dan dipublikasikan, kamu memohon pada tim dokumentasi untuk meminimalisir kehadiranmu di video tersebut dan hanya memilih momen dirimu yang cukup bagus. Tim dokumentasi bilang "Ya, akan diusahakan"

Syukurlah, aku lega.

Hari mulai sore, akhirnya video tersebut dipublikasikan.

Aku sungguh tidak berani melihat video itu, hanya sekilas. Aku hanya bertanya pada temanku "Apakah aku bagus?" temanku berkata "Ini hanya gerakan tanpa suara, tenang saja, kobe kok" katanya. Aku percaya, namun aku masih belum bisa, belum bisa melihat video utuhnya. Bahkan sampai pada tulisan ini terbit, aku masih mengumpulkan keberanian itu.

Kamu kembali berkata pada dirimu sendiri "Apa lagi yang kamu khawatirkan? bukannya saat ini kamu sudah menerima segala hal yang ada dalam dirimu? mengapa kamu masih takut untuk melihat dirimu sendiri menggunakan kacamata orang lain? Bukankah saat ini kamu sudah bersyukur karena kamu sudah mulai dan mau merawat dirimu? dan yang terpenting, kamu tidak lagi menilai sesuatu secara kasat mata, namun kamu sudah mulai menilai dengan makna, itu bagus. Apalagi yang membuatmu ragu, kamu sudah tidak berkata kasar pada dirimu sendiri atas perasaan jelekmu, itu juga sudah bagus, sejelek apapun kamu dipikiranmu, kamu tetap berharga, camkan itu!" kataku.

"Aku tau dan kenal betul segala gejolak perasaan dan pola ini, dan aku masih mengumpulkan keberanian. Meski belum berani, aku sudah meyakini bahwa orang-orang tidak lagi melihatku secara fisik semata, tapi mereka melihatku dari sisi lainnya, misal: kebermanfaatan skill yang aku miliki. Satu hal yang paling penting adalah tentang Tuhanku, Dialah yang memberikanku bentuk sebaik-baiknya agar aku bisa mengoptimalkan potensi titipanNya, tanpa melupakanNya. YaAllah, semoga aku bisa menjaga segala titipanMu ini, karena aku yakin apapun yang sedang aku rasakan saat ini, termasuk perasaan merasa jelek (meski terdengar sepele), aku tidak pernah sendiri, selalu ada Engkau yang memberikan ketenangan dan ketabahan hati. Terimakasih yaAllah, denganMu Aku tenang".

This is video of me, when I tell story about Palestine:

https://www.instagram.com/reel/CzLGW2HriOZ/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==

Dan ini fotoku saat menjelaskan Pelajaran tanaman Jahe di dalam kelas. Ekspresinya kocak wkwkwk.
Indahnya bahagia, karena hati sudah menerima.

It's really okay to feel ugly sometime, but don't judge yourself in negative way. Support yourself to fight this hard moment and accept it well. Maybe you're not the person who look ugly by someone, it's okay. But, I believe you have goodness in other stuff. So if the world have a lot Beauty standard, then you can make it by yourself with Allah sign. "Allah didn't judge you by how you look, but He judge you from your heart". So, accept it and let's grow up together.

Keep in trust, that Allah give you the best way.

Good luck!

 



Cari Blog Ini